Ini Penyebab Orangtua Millennial Parents Kerap Berbeda Pendapat dengan Boomers

Adinda Tri WardhaniDiterbitkan 21 Oktober 2025, 07:50 WIB

ringkasan

  • Perbedaan gaya pengasuhan, seperti "gentle parenting" Milenial yang menekankan validasi emosi versus pendekatan otoriter Boomer yang fokus pada disiplin, menjadi sumber utama ketegangan antargenerasi.
  • Akses informasi digital dan perubahan rekomendasi pengasuhan berbasis sains telah membentuk pandangan Milenial, sementara Boomer cenderung berpegang pada metode tradisional dan pengalaman pribadi.
  • Isu ekonomi, kesadaran kesehatan mental, dan ekspektasi keterlibatan dalam pengasuhan cucu juga memperlebar jurang pemahaman antara orang tua Milenial dan kakek-nenek Boomer.

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, pernahkah Anda merasa ada perbedaan pandangan yang signifikan dengan orang tua atau mertua mengenai cara membesarkan anak? Fenomena ini seringkali terjadi antara orang tua Milenial dan kakek-nenek dari generasi Baby Boomer. Perbedaan ini bukan sekadar masalah kecil, melainkan cerminan dari pergeseran nilai dan cara hidup yang mendalam.

Ketegangan ini muncul karena adanya jurang yang membentang antara dua generasi dalam hal gaya pengasuhan, nilai-nilai, dan ekspektasi terhadap anak. Pergeseran sosial, perkembangan teknologi, dan kondisi ekonomi yang terus berubah telah memperlebar kesenjangan ini. Ini menciptakan dinamika yang unik dalam keluarga modern.

Memahami akar permasalahan orangtua millennial dan generasi boomers menjadi krusial untuk menciptakan harmoni. Dilansir dari berbagai sumber, kita akan mengupas tuntas berbagai alasan di balik perselisihan ini, mulai dari perbedaan gaya pengasuhan hingga dampak teknologi dan realitas ekonomi. Mari kita selami lebih dalam, Sahabat Fimela.

What's On Fimela
2 dari 5 halaman

Menguak Perbedaan Gaya Pengasuhan Milenial dan Boomer

Salah satu pemicu utama ketegangan antara orang tua Milenial dan kakek-nenek Boomer adalah perbedaan mendasar dalam gaya pengasuhan. (Photo by Riccardo Mion on Unsplash)

Salah satu pemicu utama ketegangan antara orang tua Milenial dan kakek-nenek Boomer adalah perbedaan mendasar dalam gaya pengasuhan. Orang tua Milenial cenderung mempraktikkan "pengasuhan lembut" atau gentle parenting. Pendekatan ini menekankan validasi emosi anak dan pemahaman yang sesuai usia, dengan batasan yang jelas namun disampaikan secara kolaboratif.

Sebaliknya, generasi Baby Boomer umumnya mengikuti gaya pengasuhan otoriter atau otoritatif. Gaya ini seringkali lebih mengandalkan otoritas dan kepatuhan anak untuk menjaga disiplin, dengan frasa seperti "karena saya bilang begitu" menjadi hal yang lumrah. Perbedaan ini seringkali membuat Boomer mengeluhkan kurangnya disiplin pada anak-anak Milenial, serta perbedaan prioritas dalam sopan santun dan rasa hormat.

Orang tua Milenial juga sangat menekankan otonomi tubuh dan literasi emosional anak sejak dini. Mereka mengajarkan anak untuk memutuskan kapan dan bagaimana menunjukkan kasih sayang, seperti tidak memaksa anak memeluk kakek-nenek, sebagai cara membangun kepercayaan diri. Sementara itu, Boomer mungkin melihat penolakan ini sebagai bentuk ketidakhormatan, dan cenderung menyuruh anak untuk "menguatkan diri" daripada mengekspresikan perasaan.

Bahkan dalam hal sederhana seperti aturan makan, perbedaan pun terlihat. Orang tua Milenial mengajarkan anak untuk mendengarkan tubuh mereka sendiri dan tidak memaksa menghabiskan makanan. Hal ini berbeda dengan Boomer yang mungkin tumbuh dengan pemahaman bahwa meninggalkan makanan adalah pemborosan, mengingat ungkapan seperti "ada anak-anak kelaparan di Tiongkok yang akan menyukai makan malam itu".

3 dari 5 halaman

Dampak Teknologi dan Evolusi Rekomendasi Pengasuhan

Perkembangan teknologi dan informasi memiliki peran besar dalam membentuk pandangan orang tua Milenial. Internet dan media sosial telah menjadi sumber utama bagi Milenial untuk mencari saran pengasuhan, bukan hanya dari kerabat. Mereka "dibombardir dengan informasi" dan data baru yang terus berkembang, membentuk ekspektasi yang kadang tidak realistis.

Berbeda dengan Boomer yang lebih mengandalkan lingkungan sekitar dan pengalaman pribadi sebagai sumber informasi. Perubahan rekomendasi pengasuhan yang didorong oleh data medis dan tren komunitas juga menjadi faktor. Contohnya, di era Boomer, kursi mobil anak bersifat opsional dan bayi tidur telentang belum menjadi pedoman. Ilmu pengetahuan pediatrik telah bergeser drastis sejak saat itu.

Pergeseran ini menciptakan kesenjangan pemahaman yang signifikan. Apa yang dianggap normal dan aman di masa lalu mungkin kini dianggap tidak tepat berdasarkan penelitian terbaru. Hal ini membuat orang tua Milenial merasa perlu mengikuti pedoman terkini, sementara kakek-nenek Boomer mungkin merasa metode mereka yang dulu sudah terbukti berhasil.

4 dari 5 halaman

Pergeseran Peran Orang Tua, Kesehatan Mental, dan Keterlibatan Kakek-Nenek

Peran orang tua telah banyak berubah. Kini, banyak rumah tangga berpenghasilan ganda, dengan 82% orang tua Milenial bekerja dan memprioritaskan anak di atas karier. Peningkatan kelelahan dan stres akibat pekerjaan seringkali menyebabkan lebih banyak kelonggaran di rumah, dan pengasuhan cenderung lebih kolaboratif, melibatkan anak dalam pembuatan aturan.

Kesadaran akan kesehatan mental juga jauh lebih tinggi di kalangan Milenial. Sebanyak 80% orang tua Milenial menganggap diskusi tentang kesehatan mental anak sangat penting. Mereka mengakui bahwa anak adalah individu dan mendengarkan kebutuhan emosional mereka krusial untuk perkembangan yang sehat. Ini berbeda dengan beberapa Boomer yang mungkin khawatir fokus berlebihan pada kesejahteraan anak akan membuat mereka terlalu dimanjakan.

Orang tua Milenial juga lebih mungkin mengizinkan "hari kesehatan mental" bagi anak-anak mereka, sebuah konsep yang mungkin membingungkan bagi generasi Boomer yang bangga tidak pernah bolos sekolah. Perbedaan pandangan ini seringkali menjadi sumber ketidaksepahaman yang memicu pertanyaan.

Isu keterlibatan kakek-nenek juga menjadi poin sensitif. Beberapa orang tua Milenial merasa frustrasi karena kakek-nenek Boomer tidak terlalu terlibat dalam pengasuhan cucu. Respons seperti "Saya tidak membesarkan cucu saya" atau alasan lain seringkali muncul ketika diminta bantuan. Beberapa kakek-nenek Boomer memang menyatakan tidak ingin menghabiskan masa tua mereka sebagai pengasuh, menciptakan ekspektasi yang berbeda.

5 dari 5 halaman

Tantangan Ekonomi dan Pentingnya Batasan Komunikasi

Realitas ekonomi juga turut memperparah ketegangan ini. Keluarga Milenial seringkali berjuang secara finansial lebih keras dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka mungkin memprioritaskan menabung untuk pendidikan anak atau mengatasi masalah keterjangkauan perumahan. Boomer, dengan pengalaman finansial yang berbeda, mungkin mendorong prioritas seperti kepemilikan rumah atau investasi yang tidak sesuai dengan realitas keuangan Milenial saat ini.

Penetapan batasan juga menjadi tantangan. Orang tua Milenial mungkin mahir menetapkan batasan dengan teman atau rekan kerja, namun sering kesulitan melakukannya dengan orang tua mereka sendiri. Menolak nasihat dari orang tua dapat terasa seperti menolak mereka secara pribadi, meskipun nasihat tersebut mungkin tidak diminta atau tidak relevan dengan gaya pengasuhan Milenial.

Nasihat yang tidak diminta, seperti "bayi itu butuh air" atau "kamu memanjakannya dengan terlalu sering menggendongnya", seringkali datang dari kakek-nenek Boomer. Perbedaan gaya komunikasi juga memperburuk kesenjangan ini. Milenial lebih mahir dalam teknologi dan mengandalkan saluran digital, sementara Boomer mungkin lebih menyukai panggilan telepon tradisional.