Fimela.com, Jakarta Setiap orang tua pasti pernah menghadapi momen ketika anak tiba-tiba menangis keras, berguling di lantai, atau berteriak karena keinginannya tidak terpenuhi. Situasi ini sering membuat orang tua panik dan kehilangan kendali. Namun, sebenarnya tantrum adalah bagian alami dari perkembangan emosi anak.
Tantrum biasanya terjadi karena anak belum mampu mengekspresikan perasaan atau keinginannya dengan kata-kata. Mereka merasa frustrasi, lelah, lapar, atau ingin diperhatikan. Alih-alih membalas dengan teriakan, yang dibutuhkan anak sebenarnya adalah bimbingan dan ketenangan dari orang tua.
Dengan pendekatan yang tepat, orang tua bisa membantu anak belajar mengenali emosinya sendiri dan menenangkan diri dengan cara yang sehat. Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menghadapi tantrum dengan tenang tanpa emosi berlebih.
1. Tetap Tenang dan Jangan Terpancing Emosi
Langkah pertama dan paling penting adalah menjaga ketenangan diri. Anak yang sedang tantrum membutuhkan figur yang stabil, bukan reaksi marah yang memperburuk keadaan. Ambil napas dalam-dalam, hindari membalas teriakan, dan berikan ruang untuk anak mengekspresikan emosinya.
Ketika orang tua tetap tenang, anak akan belajar bahwa emosi besar bisa dihadapi tanpa ledakan. Sikap ini juga membantu menciptakan rasa aman dan mempercepat proses tenangnya anak.
2. Validasi Perasaan Anak
Alih-alih berkata “jangan nangis”, cobalah mengakui perasaan anak dengan lembut. Misalnya, “Mama tahu kamu kecewa karena mainannya rusak” atau “Kamu sedih ya karena tidak boleh nonton sekarang.” Dengan begitu, anak merasa dipahami dan lebih cepat tenang.
Validasi perasaan membantu anak mengenal emosinya dan merasa diterima apa adanya. Dari sini, mereka perlahan belajar mengelola perasaan tanpa perlu berteriak atau menangis keras.
3. Beri Waktu untuk Tenang Sebelum Berdiskusi
Setelah emosi anak mulai mereda, baru ajak berbicara dengan lembut. Jangan mencoba menjelaskan atau menasihati ketika tantrum masih berlangsung, karena anak belum siap menerima informasi.
Bisa juga ajak anak melakukan aktivitas menenangkan seperti memeluk boneka, menggambar, atau duduk di tempat tenang. Setelah itu, bicarakan penyebab tantrum dan bantu anak menemukan solusi bersama.
4. Ajarkan Cara Mengungkapkan Emosi dengan Kata-Kata
Anak yang sering tantrum biasanya kesulitan mengekspresikan diri. Orang tua dapat mengajarkan kosakata emosi sederhana seperti “marah”, “sedih”, atau “kecewa”. Misalnya, “Kamu boleh bilang ‘aku marah’ daripada berteriak.”
Latihan ini membantu anak memahami bahwa emosi tidak perlu dilampiaskan dengan cara destruktif. Seiring waktu, mereka akan lebih mudah berkomunikasi dan menenangkan diri sendiri.
5. Konsisten dan Penuh Kasih Sayang
Tantrum bisa berulang, dan kesabaran orang tua akan sangat diuji. Kunci utamanya adalah konsistensi dan kasih sayang. Tunjukkan bahwa orang tua selalu ada untuk mereka, meskipun sedang kesal atau kecewa.
Peluk anak setelah situasi mereda dan katakan bahwa kamu mencintainya. Tindakan sederhana ini memberi pesan bahwa cinta orang tua tidak tergantung pada perilaku, melainkan selalu ada dalam setiap kondisi.
Menghadapi tantrum memang tidak mudah, tetapi bisa menjadi momen berharga untuk membangun kedekatan emosional dengan anak. Dengan tetap tenang, memahami perasaannya, dan memberikan contoh positif, anak akan belajar bahwa setiap emosi bisa dihadapi dengan cara yang sehat.
Ingat, anak tidak membutuhkan orang tua yang sempurna, tetapi orang tua yang sabar dan mau memahami. Saat orang tua tenang, anak pun perlahan akan belajar melakukan hal yang sama.