Kenapa Gampang Marah setelah Melahirkan? Memahami Postpartum Rage dan Cara Menyikapinya

Endah WijayantiDiterbitkan 03 Desember 2025, 14:35 WIB

Fimela.com, Jakarta Setelah melahirkan, tubuh dan emosi berada dalam masa transisi yang sangat besar. Bukan hanya kehadiran bayi yang mengubah hidup, tetapi juga perubahan fisik, mental, peran keluarga, serta ritme aktivitas baru yang harus dijalani.

Ketika Moms mendapati diri merasa lebih mudah tersinggung, marah tanpa alasan jelas, atau merasa berada di ambang ledakan emosi, hal itu bukan semata kekurangan dalam diri Moms. Kondisi ini memiliki nama dan penjelasan, yaitu postpartum rage.

Postpartum rage, seperti yang dilansir dari laman Today's Parent, merupakan bagian dari gangguan suasana hati setelah melahirkan. Kondisi ini ditandai dengan intensitas kemarahan yang meningkat, rasa frustrasi berlebih, hingga sulit mengendalikan reaksi emosional. Meski postpartum depression dan kecemasan pascapersalinan lebih sering dibicarakan, banyak Moms juga mengalami postpartum rage, bahkan terkadang tanpa menyadarinya.

What's On Fimela
2 dari 6 halaman

Apa Penyebab Ibu Lebih Mudah Marah setelah Melahirkan?

Apa Penyebab Ibu Lebih Mudah Marah setelah Melahirkan?/Copyright freepik.com/author/freepik

Ada beberapa faktor yang berperan dan saling berkaitan.

1. Perubahan Hormon yang Signifikan

Setelah melahirkan, kadar hormon estrogen dan progesteron mengalami penurunan drastis. Perubahan ini memengaruhi keseimbangan kimia otak, termasuk serotonin, yang berperan dalam mengatur suasana hati. Kondisi ini dapat menimbulkan perubahan emosi yang cepat dan intens.

2. Kurang Tidur dan Kelelahan

Merawat bayi baru lahir membutuhkan waktu hampir 24 jam. Waktu tidur yang terputus-putus, frekuensi bangun malam hari, serta meningkatnya permintaan fisik dapat menyebabkan kelelahan mendalam. Kurang tidur dalam jangka waktu panjang dapat memperburuk sensitivitas emosional.

3. Perubahan Kehidupan dan Identitas

Menjadi ibu adalah perubahan peran besar dalam hidup. Moms kini memiliki tanggung jawab baru, rutinitas baru, dan terkadang menghadapi perubahan dinamika hubungan dengan pasangan. Semua perubahan ini dapat memengaruhi kestabilan emosi.

4. Riwayat Kesehatan Mental

Moms yang memiliki riwayat kecemasan, depresi, trauma, atau memiliki anggota keluarga dengan kondisi serupa lebih rentan mengalami postpartum rage.

3 dari 6 halaman

Tanda-Tanda Postpartum Rage

Tanda-Tanda Postpartum Rage./Copyright freepik.com

Beberapa Moms mungkin tidak menyadari bahwa kemarahan intens yang muncul setelah melahirkan adalah bagian dari kondisi medis dan psikologis. Beberapa tanda yang perlu diperhatikan antara lain:

  • Mudah tersulut emosi oleh hal kecil.
  • Perasaan ingin berteriak atau melampiaskan kemarahan secara fisik.
  • Rasanya selalu berada di bawah tekanan atau tidak dapat mengontrol reaksi emosional.
  • Terdapat rasa frustrasi, kesal, atau jengkel tanpa pemicu yang jelas.

Jika kemarahan disertai rasa ingin menyakiti diri sendiri atau orang lain, termasuk bayi, maka ini merupakan kondisi darurat dan membutuhkan bantuan segera.

4 dari 6 halaman

Pentingnya Istirahat: Konsep 5-5-5 setelah Melahirkan

Pentingnya Istirahat: Konsep 5-5-5 setelah Melahirkan./Copyright depositphotos.com/geargodz

Menurut beberapa praktisi kebidanan dan edukator persalinan, termasuk Sara Lyon, ada metode sederhana yang dapat membantu Moms melalui masa pemulihan awal setelah melahirkan, yaitu konsep 5-5-5:

  • 5 hari pertama berada di tempat tidur.
  • 5 hari berikutnya berada di atas tempat tidur.
  • 5 hari terakhir berada di sekitar tempat tidur.

Konsep ini bertujuan mengingatkan bahwa pemulihan tidak hanya fisik tetapi juga mental. Tubuh dan pikiran membutuhkan waktu untuk memulihkan diri setelah proses persalinan.

5 dari 6 halaman

Berapa Lama Kondisi Ini Akan Berlangsung?

Berapa Lama Kondisi Ini Akan Berlangsung?./Copyright freepik.com/

Setiap ibu memiliki pengalaman yang berbeda. Umumnya delapan minggu pertama setelah melahirkan menjadi periode yang paling menantang.

Banyak ibu mulai merasakan stabilitas emosi yang lebih baik setelah enam minggu, dan kondisi tersebut biasanya mulai membaik dalam tiga bulan pertama. Hanya saja, waktu pemulihan tidak bisa disamakan antara satu ibu dan lainnya.

6 dari 6 halaman

Cara Mengelola Postpartum Rage

Cara Mengelola Postpartum Rage./Copyright freepik.com/author/freepik

Ada beberapa langkah praktis yang dapat membantu:

1. Konsultasi dengan Tenaga Profesional

Moms dapat berkonsultasi dengan dokter kandungan, psikolog, perawat bidan, atau tenaga kesehatan lainnya. Umumnya, skrining menggunakan kuesioner seperti Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) dapat membantu menilai kondisi secara lebih tepat.

2. Terapi dan Pendampingan Psikologis

Terapi dapat membantu Moms memahami pemicu emosi, membangun strategi pengelolaan stres, serta menciptakan ruang aman untuk bercerita.

3. Dukungan Obat bila Dibutuhkan

Dalam beberapa kasus, dokter dapat merekomendasikan obat seperti serotonin reuptake inhibitors (SSRI) untuk membantu menyeimbangkan suasana hati.

4. Membangun Sistem Dukungan

Moms tidak harus menjalani semuanya sendiri. Dukungan dari pasangan, keluarga, teman, atau kelompok komunitas ibu baru dapat membantu meredakan beban emosional.

5. Istirahat tanpa Rasa Bersalah

Ketika bayi tidur, Moms tidak harus menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Memberikan tubuh kesempatan untuk beristirahat juga merupakan bagian penting dari perawatan diri.

Jika Moms merasa mudah marah setelah melahirkan, hal tersebut bukan tanda kegagalan, kelemahan, atau kurangnya rasa sayang pada bayi. Kondisi tersebut dapat dijelaskan secara medis dan psikologis, dan banyak ibu di seluruh dunia mengalaminya.

Yang terpenting adalah menyadari tanda-tandanya, memahami penyebabnya, dan mencari dukungan yang tepat. Perjalanan menjadi ibu tidak harus sempurna. Yang dibutuhkan adalah ruang untuk belajar, bertumbuh, dan merawat diri dengan penuh kelembutan.

Setiap ibu layak merasa tenang, didukung, dan dimengerti. Membutuhkan bantuan bukan berarti tidak mampu, tetapi justru bentuk keberanian untuk menjaga diri demi keluarga.