Fimela.com, Jakarta - Membangun sebuah hubungan yang sehat tentu membutuhkan fondasi kepercayaan yang kuat. Namun, bagaimana jika luka masa lalu justru menciptakan Trust Issue yang menghambat terjalinnya koneksi mendalam? Isu kepercayaan ini seringkali menjadi bayang-bayang yang terus mengikuti, bahkan saat kita memulai lembaran baru dalam asmara.
Ketika seseorang mengalami Trust Issue, ia akan terus bergulat dengan keraguan terhadap niat orang lain. Kondisi ini dapat menyebabkan perasaan terisolasi dan disalahpahami. Ketidakmampuan untuk meyakini bahwa orang lain dapat diandalkan, jujur, dan setia, seringkali menghalangi pembentukan hubungan yang langgeng.
Minkyung Chung, MS, LMHC, seorang terapis dari Talkspace, menjelaskan bahwa kepercayaan adalah keyakinan akan janji seseorang. Tanpa kepercayaan, tidak ada hubungan yang bisa bertahan lama. Memahami akar masalah ini menjadi langkah awal penting untuk membangun kembali jembatan kepercayaan yang sempat runtuh.
Memahami Trust Issue: Definisi dan Akar Masalah Mendalam
Trust Issue adalah tantangan serius dalam meyakini orang lain dapat diandalkan, jujur, dan setia. Ini bukan sekadar perasaan curiga biasa, melainkan ketidakmampuan untuk percaya bahwa seseorang bisa mengandalkan orang lain, baik itu teman, pasangan romantis, atau anggota keluarga. Tanpa kepercayaan yang kokoh, hubungan apa pun akan sulit untuk berkelanjutan dan berkembang.
Akar dari Trust Issue seringkali berasal dari pengalaman menyakitkan di masa lalu, terutama trauma masa kecil. Pengalaman seperti pengabaian, pengkhianatan, atau pelecehan pada masa formatif dapat membentuk cara kita memandang dunia dan hubungan. Individu yang mengalami trauma ini mungkin sulit mempercayai bahwa orang yang mereka sayangi tidak akan mengecewakan, karena itulah pengalaman hidup mereka sebelumnya.
Selain trauma masa kecil, pengkhianatan dalam hubungan sebelumnya juga menjadi penyebab utama. Pengalaman dikhianati, seperti perselingkuhan atau kebohongan, dapat meninggalkan rasa sakit dan ketidakamanan yang mendalam. Hal ini membuat seseorang sulit untuk sepenuhnya mempercayai orang baru, bahkan jika pasangan saat ini tidak pernah memberikan alasan untuk ragu.
Trauma pengkhianatan (betrayal trauma) terjadi ketika orang terdekat yang seharusnya melindungi justru menyakiti. Dampak psikologisnya sangat parah, menyebabkan masalah kepercayaan, gejala depresi, PTSD, dan kesulitan membentuk hubungan baru. Gaya keterikatan yang tidak aman, seperti cemas atau menghindar, juga mempersulit seseorang untuk percaya bahwa pasangannya akan selalu ada untuk mereka.
Dampak Trust Issue pada Dinamika Hubungan Baru
Trust Issue yang berakar dari luka masa lalu dapat membawa dampak signifikan pada hubungan baru. Individu mungkin akan terus-menerus meragukan niat pasangan, menganalisis perilaku mereka secara berlebihan, atau menghindari kerentanan emosional. Ini menciptakan ketegangan, jarak emosional, dan kesalahpahaman yang berulang.
Otak yang terlatih untuk waspada akan selalu mencari bahaya atau pengkhianatan, sebuah mekanisme yang disebut hipervigilansi. Mekanisme perlindungan diri ini, meskipun adaptif dalam situasi berbahaya, dapat meluas ke hubungan saat ini. Akibatnya, hubungan menjadi tegang dan ada jarak emosional yang sulit ditembus.
Orang dengan masalah kepercayaan sering hidup dengan ketakutan akan pengabaian yang terus-menerus. Ketakutan ini bisa membuat mereka terlalu cemas atau bergantung pada pasangan, menciptakan dinamika yang tidak sehat. Trauma masa kecil juga memengaruhi kemampuan komunikasi, membuat korban trauma menghindari kerentanan emosional sebagai cara melindungi diri dari rasa sakit.
Tanpa kesadaran dan intervensi yang disengaja, individu dengan riwayat trauma masa kecil mungkin secara tidak sadar menciptakan kembali pola hubungan yang tidak sehat. Pola ini mengingatkan pada pengalaman awal mereka, mengulang siklus yang menyakitkan. Berikut adalah beberapa tanda umum dari Trust Issue yang perlu Sahabat Fimela kenali:
- Keraguan dan kecurigaan konstan terhadap niat orang lain.
- Kesulitan membuka diri secara emosional.
- Ketakutan akan pengkhianatan atau pengabaian.
- Terlalu sering memantau tindakan pasangan.
- Kecemasan dalam percakapan intim.
- Menafsirkan perilaku netral sebagai ancaman.
- Kesulitan mempercayai permintaan maaf atau komitmen.
Strategi Mengatasi Trust Issue untuk Hubungan yang Lebih Sehat
Mengatasi Trust Issue adalah sebuah perjalanan yang membutuhkan waktu dan usaha. Langkah pertama adalah memahami akar masalahnya, yaitu dari mana perasaan tidak percaya itu berasal. Merefleksikan pengalaman masa lalu dan membahas kekhawatiran secara terbuka dengan pasangan adalah kunci awal.
Komunikasi yang jujur dan terbuka mengenai ketakutan serta kebutuhan sangatlah penting. Dengarkan secara aktif tanpa menghakimi dan validasi perasaan pasangan. Menciptakan ruang aman di mana kedua belah pihak merasa nyaman mengekspresikan ketidakamanan dan ketakutan mereka akan sangat membantu.
Menetapkan batasan yang jelas juga krusial. Batasan ini bukan hukuman, melainkan cara untuk mencegah kebingungan baru dan memberikan kejelasan tentang perilaku yang mendukung atau tidak. Kepercayaan tidak dapat dipulihkan secara instan; ia dibangun kembali secara bertahap melalui tindakan kecil yang konsisten, seperti menepati janji.
Jika Trust Issue terasa terlalu berat untuk ditangani sendiri, mencari bantuan profesional seperti terapis atau konselor adalah pilihan bijak. Terapi perilaku kognitif (CBT) dapat membantu mengidentifikasi dan menantang pola pikir negatif tentang kepercayaan. Selain itu, memaafkan diri sendiri dan orang lain, bukan berarti melupakan, tetapi melepaskan beban emosional masa lalu. Terakhir, membangun kepercayaan pada diri sendiri adalah fondasi utama; mengenali nilai diri akan membantu Anda lebih mudah mempercayai orang lain.