Sukses

Entertainment

Eksklusif, Antara Natal dan Kegalauan Cinta Sandra Dewi

Fimela.com, Jakarta Natal tentunya menjadi momen yang sangat ditunggu oleh umat Nasrani, termasuk dari kalangan selebriti. Salah satu yang merayakannya adalah Sandra Dewi. Berbagai kenangan di masa kecil membuat wanita asal Pangkal Pinang ini punya cara sendiri untuk menyambut momen yang dianggap Kudus ini. Meski demikian, ada sedikit hal yang mengganggu pikiran Sandra di momen Natal tahun ini. Usianya yang semakin matang jelas membuatnya mulai berpikir soal pernikahan. Bagaimana dia menghadapi perasaan itu?

***

Saat wawancara eksklusif dengan Bintang.com, Sandra tak ragu menceritakan segala yang dia rasakan tentang Natal. Perayaan Natal di masa kecil rupanya menjadi salah satu bagian terbaik dari sejarah hidupnya. Hingga saat ini pun, dia berusaha agar semua kenangan indah yang dirasakannya saat kecil bisa terulang hingga sekarang.

Sandra Dewi (Photographer: Deki Prayoga, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com)

Meski demikian, waktu yang terus berjalan membuat banyak hal berubah dalam Natal yang dialami Sandra Dewi. Bekerja dan punya penghasilan sendiri membuatnya memiliki pemikiran lain tentang bagaimana merayakan momen yang jatuh pada tanggal 25 Desember ini. Kini, dia tidak lagi berpikir tentang dirinya sendiri, melainkan lebih mementingkan keluarga besarnya.

Dalam celotehnya di depan kru Bintang.com, yaitu Edy Suherli, Hasan Mukti Iskandar, dan Deki Prayoga, dia juga sempat menceritakan pengalaman uniknya mengikuti misa di negeri tetangga. Pada akhirnya, misa di luar negeri memberikannya satu pelajaran berharga yang membuatnya sadar bahwa ibadah adalah hal suci dan bukan untuk gaya-gayaan. 

Sandra Dewi (Photographer: Deki Prayoga, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com)

Di tengah-tengah meriahnya momen Natal, Sandra Dewi sendiri ternyata harus berkutat dengan kisah cintanya sendiri. Di usia yang bisa dibilang sudah cukup umur, tentunya semakin banyak pertanyaan tentang kapan bintang cantik melepas masa lajang. Nyatanya, masih banyak pertimbangan yang harus dia pikirkan untuk melangkah ke arah itu.

Meski demikian, di akhir wawancara, Sandra Dewi sempat menyeletuk tentang rencananya mengakhiri masa lajang. Bagaimana kisah cinta Sandra Dewi secara lengkap? Apa pula hubungannya dengan Natal yang dia jalani saat ini? Simak jawabannya dalam petikan wawancara berikut ini!

Perjalanan Natal Sandra Dewi

Bagaimana pengalaman Natal saat kecil?

Kalau Natal, dari kecil tuh orang tua aku ngajari bahwa Natal adalah hari lahirnya Yesus Kristus. Tapi enggak munafik ya, dari kecil orang tua saya mengajarkan ‘Nanti taruh rumput di dalam sepatu’, ‘Taruh kaos kaki di belakang pintu’. Kemudian besok paginya, di dalam sepatu itu ada kado Natal dari Santa Claus.

Berapa lama kebiasaan itu berlangsung?

Jadi dari kecil sampai SMP aku masih naruh rumput dalam sepatu, terus nulis wish seperti itu. Tapi ya kayak kado-kado agak mahal gitu ga dikasih, tapi kalau harga terjangkau baru dikasih. Kemudian kata mamaku, misal kita nakal, Santa Clause bakal ngasih sapu lidi. Terus ternyata beneran yang cowok pada dapat sapu lidi. Jadi aku percaya banget sama Santa Claus.

Sandra Dewi (Photographer: Deki Prayoga, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com)

Bagaimana dengan sekarang?

Pas SMP, sepupuku bilang ‘Tahu ga sih, kita tuh dibohongin’. Terus aku ‘Hah, masa sih, jadi selama ini kita tuh dari kecil dibohongin, to’. “Iya itu orang tua kita, pantesan kalau yang mahal-mahal kita ga dkasih,” kata sepupuku.

Apa yang dirasakan setelah itu?

Terus aku tanya ke orang tuaku, akhirnya mereka baru ngaku. Nyesel banget deh, karena ketahuan. Tahu gitu aku pura-pura ga tahu terus biar dikasih terus sampai sekarang. Nah cuma karena kita udah ga dapat kado, karena ketahuan Santa Clause itu orang tua kita, jadi kita bikin tukar kado antar keluarga aja. Jadi kayak secret Santa gitu. Jadi diaduk dulu, misalnya aku kasih ke nyokab, nyokab kasih papa, papa kasih adikku. Jadi memang itu tradisi kita.

Sandra Dewi (Photographer: Deki Prayoga, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com)

Apa yang menarik dari perayaan Natal Sandra?

Biasanya pas Natal itu orang mulai Desember tanggal 1, kalau keluarga aku dari November tanggal 1. Jadi kayak tahun ini aja aku udah pasang pohon Natal dari November tanggal 1. Terus mengubah suasana jadi white Christmas. Pohon Natal warna putih, terus aku desain semua sendiri. Aku memang suka suasana Natal sih. Walau di Indonesia ga ada saljunya, tapi musimnya dingin, hujan. Seneng aja suasana itu.

Pilih Natal di Bangka atau Jakarta?

Di Bangka menurut aku seru banget. Perbedaan agama enak banget, bisa akur gitu. Jadi kita itu bisa bebas mau ngapain. Terus temen-teman yang Muslim pun ikut tukar kado, ikut merayakan Natal, kita lebaran juga ikut lebaran. Jadi emang agama di sana seru-seruan aja. Jadi ga pusing agama apa, kita ramai-ramai rayain. Jadi aku memang aku terbiasa dengan situasi seperti itu, ke Jakarta pun terus seperti itu. Misalnya tukar kado, temen Muslim juga ikut. Terus puasa, kita semua juga ikut buka puasa. Jadi memang seru-seruan aja sih Natal.

Belahan Jiwa Sandra Dewi

Bagaimana dengan Natal di Luar Negeri?

Aku pasti Misa di sini. Dulu kan pertama kali pegang uang, dapat iklan, sinetron, mau gaya nih, mau Natal di Vatikan. Ternyata aku ga ngerti ngomongnya apa. Karena kalau bahasa Inggris sih kita masih ngerti, tapi kalau misal bahasa Eropa, London gitu kan kita ga ngerti. Jadi udah deh, kita di sini aja. Misa kan penting banget buat aku, kalau aku ga ngerti bahasanya, gimana aku paham. Waktu di Vatikan tu aku benar-benar yang ga ngerti, bahasa apa ini? Jadi mendingan Natal di Jakarta aja, lebih tahu.

Natal Tahun Ini?

Biasanya kalau Chrismas aku selalu di Bangka. Nah pas udah ke Jakarta, udah merantau nih, udah punya penghasilan, akhirnya setiap tahun aku bawa keluarga jalan-jalan ke luar negeri, jadi biar bisa tahu rasanya white Christmas. Gitu. Tapi tahun ini ke Jepang, karena ada ponakan aku pertama kalinya kita bawa jalan-jalan. Kan biasanya aku tuh selalu 15 anggota keluarga tu dibawa, setiap akhir tahun. Terus karena bawa baby juga kita ga bisa lama, paling dua minggu. Biasanya kan sebulan. 

Sandra Dewi (Photographer: Deki Prayoga, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com)

Mulai berpikir merayakan nikah dengan pasangan?

Kan aku kalau udah nikah, punya anak, pasti honornya ga sebesar sekarang. Kalau misalnya dari dulu selalu jadi peran utama, kalau udah punya anak perannya yah jadi second lah ya. Pasti honornya juga ga kaya sekarang, jadi yah harus dibatesin lah. Misalnya gue ga laku lagi ya udahlah gue jadi bussinesswoman aja. Cuma memang kalau iklan memang ga ada matinya sih, setiap tahun ada aja yang baru, yang baru. Karena memang iklan ga tahu ya banyak aja dari dulu. Setiap akhir tahun juga banyak aja bikin baru. 

Sudah menemukan pendamping hidup?

Pacar sih udah punya ya, aku udah pacaran dua tahun. Dulu-dulu kan kalau punya pacar beda iman, beda agama, sebenarnya baik-baik aja sih. Cuma ga bisa nikah. Karena sebenarnya aku tuh orangnya anteng-anteng aja ya, tapi memang karena agama beda, di Indonesia ribet ngurusinnya, ya udahlah akhirnya pisah. Ganti lagi. Kalau yang sekarang seagama.

Sandra Dewi (Photographer: Deki Prayoga, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com)

Kenapa tidak disegerakan?

Kebetulan kan pas aku pacaran memang papanya sakit, ada situasi kayak gitu, jadi ya kita nunggu aja. Udah ada omongan, tapi kompromi dulu lah maunya kayak gimana. Contohnya rumah, selera kan beda ya pasti. Kita beda banget. Jadi aku baru ngerti banget bahwa nikah tuh ga gampang, banyak kompromi yang harus aku buat gitu. Kan dia cowok banget, sedangkan aku cewek banget. Aku minta, kalau jadi sama dia, aku mau minta satu ruangan untuk koleksi-koleksiku.

Tapi sudah merasa cocok?

Nah kebetulan aku punya pacar yang apik (rapi) juga kayak aku. Kalau enggak, wah, bisa repot. Nah untungnya sekarang sama-sama bersih, jadi cocok lah.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading