Sukses

Entertainment

Eksklusif Monita Tahalea dan Keindahan Tersembunyi 'Dandelion'

Fimela.com, Jakarta Tak terasa kurang lebih lima tahun telah berlalu sejak album debut Dream, Hope and Faith dirilis ke pasaran. Penyanyi dan penulis lagu, Monita Tahalea akhirnya menjawab kerinduan fans akan karya baru lewat serangkaian komposisi manis sebagai jati dirinya di album Dandelion, bunga yang dikenal sebagai 'benalu' yang punya makna positif baginya.

Bukan tanpa alasan penyanyi jebolan Indonesian Idol ini memilih nama Dandelion. Selain mengaku sebagai pecinta bunga, Dandelion adalah sesuatu yang menurutnya mampu mereprentasikan isi dari kesembilan track yang ada di album solo keduanya itu. 

Eksklusif Monita Tahalea (Foto: Galih W Satria/Bintang.com, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com, Styled by @dedittie_fashion_)

"Filosofi dari album Dandelion itu sesimpel sebuah keputusan hati, tentang harapan dan tentang kebebasan. Dandelion itu kan yang orang-orang lihat sebenernya itu ilalang. Tapi ada juga yang ngelihat kalo dia bunga yang ditiup untuk make a wish gitu. Jadi either kita nglihatnya sebagai pengganggu atau harapan. Kalo aku ngelihatnya sih itu semangat tentang harapan dan kebebasan Dandelion," tutur Monita Tahalea yang tampil menawan dengan busana dari De Dittie Fashion (13/1).

Berbeda dari sebelumnya, Monita punya keterlibatan lebih di album keduanya ini. Selain menjadi penyanyi dan pencipta lagu, konsep album dan berbagai aspek lain juga turut dirasakan oleh solois 28 tahun. Karenanya, Dandelion sudah menjadi seperti anak emas yang telah lama dinanti-nanti kelahirannya oleh Monita.

Eksklusif Monita Tahalea (Foto: Galih W Satria/Bintang.com, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com, Styled by @dedittie_fashion_)

Pelantun tembang Kekasih Sejati tersebut juga semakin menemukan jati dirinya dalam berkarya. Sudah ratusan pengalaman manggung ia rasakan demi mengasah intuisi bermusiknya di ranah pop jazz. Tentu, kali ini ia merasa lega dengan lahirnya album kedua.

Banyak hal di album Dandelion yang sangat menggambarkan sosok Monita Tahalea yang baru. Tentang evolusi bermusik, penyampaian cerita lewat lagu, hingga sibuknya proses penggarapan album secara indie diungkap oleh wanita berdarah Austria - Manado dalam sebuah sesi wawancara dan foto eksklusif bersama Bintang.com (13/1). Simak bincang mendalam kami di halaman berikutnya.

Monita Memulai Kembali dengan Semangat Baru

Menjadi seorang penyanyi telah menjadi jalan hidup yang dipilih Monita Tahalea. Dengan ratusan pengalaman manggung yang ia rasakan, ia ingin memahami karakter dan jiwanya dalam bermusik, seperti halnya musik memberi pengaruh kepadanya.

Pernah bekerjasama dengan musisi kawakan sekelas Indra Lesmana di album perdana tentu menjadi kehormatan bagi Monita. Namun siapa yang tak bangga ketika album yang telah digarap secara mandiri akhirnya rampung dan dirilis untuk dinikmati orang banyak? Monita termasuk salah satu musisi muda yang mampu merasakan kepuasan itu di album Dandelion ini.

 Eksklusif Monita Tahalea (Foto: Galih W Satria/Bintang.com, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com, Styled by @dedittie_fashion_)

Sejauh mana Dandelion mewakili seluruh lagu yang ada di album kamu?

Jadi Dandelion itu kaya simbol aja sih, mewakilkan cerita-cerita yang terdapat di album itu sendiri. Jadi kebanyakan dari kesembilan lagu itu bercerita tentang harapan, kebebasan , tentang cinta juga, persahabatan. Jadi mostly tentang perjalanan hidup sih. Album ini digitalnya dirilis 1 Desember 2015 kemarin, untuk fisiknya 18 Januari, hari Senin.

'Memulai Kembali' menjadi single pertama kamu. Kenapa memilih lagu ini?

Ini jadi single pertama karena sebelum albumnya keluar, kita pernah coba beberapa kali bawain lagu ini secara live. Walapun belum ada di album tapi kita coba bawain lagu baru. Trus tanggapannya dari temen-temen yang denger dan nonton mereka lumayan cepet inget lagunya. Beberapa kali mereka juga udah mulai ngetweet, atau ngepost lirik lagunya di Instagram. Berarti mereka menangkap pesan dari lagunya. Trus seiring berjalannya waktu, sebenarnya ini kan awalnya mau rilis awal tahun 2015. Tapi karena waktu, proses rekaman segala macem akhirnya jadinya di akhir Desember kemarin. Jadi kalo menurutku sih lagu ini momennya pas, kita mau mengakhiri tahun, trus kita memulai sesuatu yang baru di tahun baru.

Benarkah lagu ini isinya tentang 'move on'?

Banyak sih yang bilang lagu Memulai Kembali ini tentang move on. Tapi kalo buat aku, setiap orang yang denger punya kebebasan untuk mengiterpretasikan sesuai dengan cerita mereka masing-masing. Buat aku memulai kembali itu keputusan hati untuk bebas dari apa yang membelenggu kita di masa lalu. Nggak melulu tentang hubungan pacaran kan. Kalau kita dulu pernah mengalami kegagalan atau apa, selama matahari masih bersinar kita akan punya waktu untuk memulai sesuatu yang baru. Karena setiap kita mulai hari, kita punya kesempatan baru untuk berbuat yang terbaik hari ini.

Eksklusif Monita Tahalea (Foto: Galih W Satria/Bintang.com, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com, Styled by @dedittie_fashion_)

Setelah album pertama di 2010, gimana proses pembuatan album ini sampai memakan waktu cukup lama.

Jadi untuk pengumpulan lagunya ada beberapa lagu yang aku bikin udah lama. Ada dua lagu yang udah aku bikin lama banget sama Gaby sama Bernie, Saat Teduh dan Tak Sendiri. Terus lagu-lagu lainnya kebanyakan bikin sama Gerald Situmorang yang bantu aku produce album ini juga. Itu kita mulai 2013, trus ngerjain lagu, lirik, kurang lebih dua tahun sih pengerjaannya. Dari pengumpulan lagu, trus Gerald selesaiin semua aransemen lagu, kita workshop, lalu April Mei 2015 kita live recording beberapa part, trus yang lain-lain ada overdub-nya. Memang prosesnya panjang tapi memang ini yang aku pengen untuk album Dandelion ini. Karena ini pertama kalinya bikin semua konsep, trus lagu-lagu apa aja yang di dalamnya. Aku juga ngerjain hampir semua lirik di album ini, hanya ada satu lagu yang ditulis sama Marco Steffiano berjudul I'll Be Fine. 

Beda album pertama dan album kedua seperti apa menurut Monita?

Album Dream, Hope and Faith itu kan diproduseri sama Mas Indra Lesmana. Sebagian besar lagunya Mas Indra yang buat. Tapi Mas Indra dan Mbak Hani produser album pertama itu membekali aku dengan banyak hal. Mulai dari judul albumnya dan siapa aja yang ada di album itu juga melibatkan aku. Aku juga udah mulai nulis-nulis lirik juga waktu itu. Dan di album kedua ini aku memberanikan diri untuk menyampaikan yang aku rasakan secara pribadi. Secara musik juga beda banget, karena di album pertama aku banyak belajar ke Mas Indra tentang musik jazz, sedangkan album kedua referensi musiknya beda. Aku kembali ke aku yang dulu, suka banget dengerin musik folk. Trus banyak diskusi sama Gerald, tukeran referensi dan aku kebayang album ini 'gitar' banget. Makanya drumnya juga kebanyakan pake tangan, soundnya lebih akustik tapi juga ada efek elektronik ada juga, kaya suara laut, meski dikit banget, hanya untuk menyalurkan ide aja. Enak aja bisa eksplor, eksperimen dan menyampaikan kebebasan yang aku rasakan dan imajinasi aku di album ini.

Monita Tahalea Ingin Dikenal Sebagai 'Story Teller'

Kebebasan berkreasi benar-benar dirasakan Monita di album kedua. Proses yang panjang serta menyita waktu dan energi mungkin menjadi rintangan yang ia hadapi. Namun segala beban itu sirna kala ia bisa berbagi cerita kepada pendengarnya lewat bait-bait lirik dan melodi indah.

Menulis lagu dengan sepenuh hati, Monita banyak terinspirasi dari pengalaman pribadinya dan juga keindahan alam. Baginya Tuhan telah memberikan anugerah dengan kecantikan nusantara yang menjadi alasannya bersyukur di setiap hembusan nafas. Musik dan alam telah menjadi elemen penting dalam diri Monita.

Eksklusif Monita Tahalea (Foto: Galih W Satria/Bintang.com, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com, Styled by @dedittie_fashion_)

Monita ingin lebih dikenal sebagai songwriter, musisi atau penyanyi?

Story teller! Karena kan bercerita lewat nada dan kata-kata. Sebenarnya kadang aku ngerasa malu kalau menyebut pendengar sebagai fans. Misalnya nih, kalau curhat di diary kan orang nggak ada yang ngelihat kan. Kalau buat aku nulis lagu itu kaya gitu, karena itu kan isi hati, ya kan? Nulis terus nyanyiin, dan mereka itu kaya pendengar setia gitu. Jadi aku lebih nganggep mereka kaya temen yang dengerin cerita-cerita aku. Makanya aku bilang story teller karena waktu nyanyi kan bercerita, dan saat orang beli CD artinya mereka dengerin aku bercerita. 

Nulis lagu melankolis nggak sih untuk penggemar, mengingat lagu galau biasanya lebih mudah diterima.

Ada sih kayanya yang sedikit mellow, karena memang pada dasarnya melankolis kan orangnya. Jadi gimana caranya kita nulis sesuatu yang melankolis tapi tetap ada jalan keluarnya. Jadi orang nggak denger lagu sedih terus ditinggalin gitu aja, kan kasihan. Karena aku pribadi juga kalo denger lagu sedih pengen yang kaya akhirnya aku tahu as time goes by, semua akan baik-baik saja. Nggak bisa bohong, kita juga pernah ngerasain sesuatu yang pahit, karena nggak semua lagu melulu tentang cinta, ada kalanya ngerasa gloomy.

Eksklusif Monita Tahalea (Foto: Galih W Satria/Bintang.com, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com, Styled by @dedittie_fashion_)

Apa yang menjadi inspirasi kamu dalam menulis lagu?

Aku suka baca sih. Sapardi (Djoko Darmono) baca, Chairil Anwar baca, Kahlil Gibran juga. Aku emang suka yang klasik-klasik. Jadi lirik yang aku tulis kadang agak puitis juga. Pokoknya aku paling terinspirasi sama senja. Nggak tahu kenapa setiap aku ngelihat senja aku pribadi berpikir kaya Tuhan spesial bikin buat aku. Soalnya setiap senja tuh kan langit gede banget, warna-warni. Kaya Tuhan tuh baik banget 'nih gue bikin buat lo'. Kalo misalkan kita nih pakai baju oranye, ungu, hijau, biru pasti kan norak banget. Tapi di langit kok bisa bagus begini ya ampun. Ternyata Tuhan tuh romantis banget ya. Makanya aku nggak pernah habis-habisnya terinspirasi sama senja. Akhirnya setiap aku mengungkap dalam kata-kata aku banyak mengkiaskan dengan matahari, tentang senja, lautan, karena buat aku itu adalah sesuatu yang bukan buatan tangan manusia dan sesuatu yang lebih besar dari kita. Makanya kaya sesuatu yang menginspirasi itu sebenarnya nggak jauh-jauh dari kita sih. 

Lalu apa yang berubah dari diri Monita Tahalea sejak debut hingga sekarang?

Pasti berbeda sih. Berbeda dalam arti, mungkin dari segi musikalitas, trus dari segi pengenalan saya terhadap karakter diri saya sendiri sih sebenarnya. Buat saya itu awal yang sangat baik, bersyukur banget begitu selesai di Indonesian Idol saya dikontak sama Mas Yovie (Widianto) untuk nyanyiin lagu beliau. Jadi buat saya itu kesempatan yang membuka jalan saya, istilahnya Mas Yovie dengan lagu pop banyak yang suka, trus lagu Kekasih Sejati itu sendiri juga banyak yang suka sampai sekarang kalau saya nyanyiin lagu itu masih hapal gitu. Dari situ juga membuka banyak hal, dan 2009 saya bertemu Mas Indra Lesmana dan mulai belajar musik jazz itu seperti apa. Harus pergi jam session dan denger banyak referensi, banyak lagu dan arti musik semakin dalam lagi. Jadi aku punya identitas sendiri dengan lagu aku. Waktu awal-awal mau bikin album sendiri itu susah banget karena istilahnya dulu udah kerja sama Mas Yovie, Mas Indra dan sekarang bikin album sendiri, pasti kan kaya set standard ke diri sendiri lebih. Dan mikir ntar komentar orang gimana ya. Tapi begitu aku lihat perjalanan, aku tahu musik kan tentang menyampaikan sebuah pesan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading