Sukses

FimelaMom

4 Tips agar Anak Suka Belajar tanpa Marah-Marah

Fimela.com, Jakarta Moms, setiap anak memiliki banyak potensi, dan cara mereka memahami kehidupan sering kali berbeda satu sama lain. Ada anak yang mampu duduk tenang mengerjakan lembar kerja, tetapi ada juga yang justru merasa tertekan bila harus belajar dengan metode yang terlalu kaku. Dari kisah seorang ibu yang melihat kontras antara kelas yang dipenuhi tugas-tugas rutin dan kelas penuh gerakan, tarian, hingga kegiatan kreatif, kita belajar satu hal: anak akan mudah menyukai belajar bila cara belajarnya selaras dengan jiwanya.

Psikolog dan pendidik Madeline Levine, seperti yang dilansir dari laman imom.com, mengungkapkan bahwa ada empat kebutuhan dasar yang mampu menyalakan kembali semangat belajar anak. Empat hal ini bukan hanya teknik, tetapi cara pandang yang dapat Moms terapkan untuk menumbuhkan kecintaan belajar tanpa harus memaksa atau marah-marah.

1. Menumbuhkan Rasa Ingin Tahu sebagai Pintu Pembuka Dunia Anak

Di sebuah sekolah yang mengutamakan eksplorasi, seorang anak pernah dituntun gurunya untuk menyelami topik-topik unik seperti tata surya dan hewan langka. Ia begitu penasaran hingga ingin melanjutkan penelusurannya di rumah. “Bagaimana kita bisa menyelamatkan red wolf supaya tidak punah?” tanyanya penuh semangat. Pertanyaan polos itu bukan sekadar kata-kata, tetapi tanda bahwa rasa ingin tahunya sudah tumbuh dan bergerak.

Rasa ingin tahu adalah pintu yang membuka dunia anak. Saat Moms memancing pertanyaan sederhana seperti bagaimana semut tahu ke mana harus berjalan atau mengapa langit berubah warna saat sore, Moms sedang memperkenalkan bahwa belajar bukanlah tugas, melainkan proses menemukan keajaiban dalam hidup. Anak yang penasaran akan bergerak mencari jawaban tanpa disuruh, sebab ia merasa belajar sebagai petualangan, bukan beban.

2. Meningkatkan Antusiasme Anak dengan Menghargai Prosesnya

Ada seorang guru yang mendampingi muridnya membaca dengan penuh kelembutan. Ketika sang anak tersendat pada suatu kata, ia berkata, “Kamu sudah di jalur yang tepat, ayo coba lagi.” Walau belum benar sepenuhnya, anak itu tetap percaya diri dan kembali melanjutkan usahanya dengan senyum kecil.

Sulit bagi anak untuk menikmati belajar bila ia merasa selalu salah. Antusiasme tumbuh ketika anak merasa dihargai bukan semata pada hasil, tetapi pada usahanya. Ketika Moms berkata, “Kamu hebat sudah mencoba,” atau “Ide kamu menarik sekali,” maka yang Moms tanamkan bukan hanya kepercayaan diri, tetapi keberanian untuk terus mencoba. Anak pun belajar bahwa kegagalan bukan akhir, melainkan bagian dari proses bertumbuh.

3. Mengajak Anak Terlibat Penuh agar Belajar Menjadi Pengalaman yang Hidup

Di awal, mungkin Moms merasa bahwa pembelajaran harus rapi, terstruktur, dan penuh hafalan agar materi cepat dikuasai. Namun, semakin anak berkembang, semakin jelas bahwa yang lebih penting dari hafalan adalah keterlibatan.

Dr. Levine menegaskan bahwa keterlibatan aktif adalah salah satu faktor terbesar yang memprediksi keberhasilan anak di masa depan. Anak yang terlibat dari hati akan mengingat konsep lebih dalam dan merasakan belajar sebagai hal yang menyenangkan.

Saat anak menghitung dengan benda nyata, mencampur warna untuk memahami konsep baru, atau bergerak bebas sambil belajar huruf, ia sedang menghidupkan pelajaran itu di dalam pikirannya.

Jika Moms merasa pendekatan di sekolah kurang cocok, tidak ada salahnya berbicara dengan guru. Kadang, satu percakapan positif dapat membuka pintu perubahan kecil yang bermanfaat bagi seluruh kelas. Karena pada dasarnya, banyak anak membutuhkan pembelajaran yang memberi mereka ruang untuk bergerak, bereksperimen, dan hidup dalam proses belajarnya.

4. Menghadirkan Keceriaan dan Keajaiban Lewat Pembelajaran yang Penuh Bermain

Bermain tidak pernah menjadi hal sepele dalam dunia anak. Bermain adalah cara mereka memahami kehidupan. Saat seorang anak menggunakan mobil-mobilan untuk menemukan sight words yang tersebar di lantai, atau membaca di bawah selimut dengan senter menyala, ia sedang menggabungkan keceriaan dengan ilmu pengetahuan. Dan di situlah belajar menjadi bermakna.

Anak akan lebih mudah menyukai belajar ketika kegembiraan hadir di dalamnya. Saat ia mempelajari bagian-bagian bunga dengan mengamati kelopak dan batangnya secara langsung, bukan sekadar melihat gambar dari buku, ia sedang membangun konsep melalui pengalaman. Dan ketika Moms berkata, “Ayo kita cari tahu sama-sama,” alih-alih “Itu salah,” Moms sedang menyalakan rasa percaya dirinya, yaitu semacam sebuah api kecil yang membawa dampak besar dalam perjalanan belajarnya.

Moms, menuntun anak agar suka belajar tidak harus dilakukan dengan marah-marah atau memaksa mereka duduk diam.

Dengan menumbuhkan rasa ingin tahu, menguatkan antusiasme, mengajak mereka terlibat aktif, dan membiarkan bermain menjadi bagian dari proses belajar, Moms sedang menciptakan suasana yang membuat anak merasa aman, dihargai, dan dicintai.

Belajar bukan perlombaan untuk mencapai garis akhir, tetapi perjalanan panjang yang penuh penemuan. Yang terpenting bukan hanya nilai yang baik, tetapi bagaimana anak memahami bahwa belajar adalah bagian alami dari hidup, yaitu sesuatu yang bisa ia cintai, nikmati, dan kembangkan sepanjang usianya.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading