Sukses

Health

Pasien Cacar Monyet Tidak Disarankan Lakukan Isolasi Mandiri, Ini Alasannya

Fimela.com, Jakarta Beberapa waktu lalu Indonesia dihebohkan dengan penemuan kasus pertama cacar monyet, kasus ini dilaporkan pada pasien laki-laki berusia 27 tahun yang memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri. Melihat itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta pasien yang mengalami gejala ringan untuk melakukan isolasi secara mandiri di rumah. 

Dilansir dari Liputan6.com ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan bahwa ia tidak menyarankan isolasi mandiri bagi cacar monyet. Sebaliknya, dikarenakan kasus belum banyak ia meminta pasien melakukan isolasi atau karantina di rumah sakit agar dapat diawasi langsung oleh petugas kesehatan. 

“Kalau dalam pandangan saya, mumpung kasusnya belum banyak jadi isolasi atau karantinanya jangan mandiri karena terlalu berisiko. Satu, kita belum tahu literasi pasien, keluarga, atau orang terdekatnya untuk mencegah potensi penularan seperti apa. Ketaatan terhadap isolasi yang hingga tiga minggu juga menjadi tantangan tersendiri selain bicara soal memantau kesehatan mereka,” ungkap Dicky dilansir dari Liputan6.com.

Menurut Dicky selagi kasus cacar monyet belum banyak, maka sebaiknya pasien cacar monyet difasilitasi oleh pemerintah saat melakukan isolasi. Dengan begitu, pemerintah dapat mengamati varian virus cacar monyet, serta mengetahui bagaimana memberikan edukasi untuk meminimalisasi penularan.

Ia menambahkan, satu bulan ke depan ini menjadi masa yang krusial untuk memantau dan juga menjadi pembelajaran untuk kasus monkeypox berikutnya, apa yang boleh dan tak boleh dilakukan dalam konteks Indonesia.

Penanganan cacar monyet di Indonesia

Masuknya virus ini ke Indonesia membuat pemerintah melakukan berbagai cara untuk menangani penyebaran dan pengobatan. Menurut Dicky, saat ini perlu dilakukan pengamatan terhadap monkeypox, sehingga pengamatan tersebut dapat dijadikan sebagai data untuk menanggulangi virus cacar monyet di Indonesia. 

Dicky menyarankan isolasi atau karantina pasien yang terkonfirmasi tidak perlu dilakukan dengan waktu yang lama seperti Covid-19. Karantina pasien cacar monyet dapat dilakukan pada satu bulan pertama atau pada kasus pertama hingga kesepuluh saja sesuai dengan kesanggupan pemerintah.

Hal ini akan sangat bermanfaat karena dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa pasien monkeypox memang bisa sembuh, bahkan bisa sembuh sendiri dan hanya sebagian kecil yang berisiko gejala berat khususnya pada orang dengan imunokompromais.

Selain itu, pemerintah Indonesia diharapkan dapat memfasilitasi isolasi dan karantina pasien cacar monyet sehingga para ahli dapat menemukan strategi terapi untuk menangani penyebaran dan pengobatan dari monkeypox ini. 

Waspadai ciri-ciri cacar monyet

Cacar monyet bukanlah penyakit yang bisa dipandang sebelah mata, penyakit ini dapat menyebabkan penularan sama seperti Covid-19. Melansir dari laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa cacar monyet merupakan penyakit yang memiliki gejala dan tanda yang harus diwaspadai.

Beberapa orang memiliki gejala yang ringan, namun beberapa orang lainnya dapat memiliki gejala yang serius hingga membutuhkan perawatan khusus. Biasanya gejala yang serius terjadi akibat komplikasi termasuk orang yang sedang hamil, anak-anak, serta orang-orang yang memiliki masalah pada sistem imun atau kekebalan. 

Berikut merupakan gejala cacar monyet yang paling umum:

  • Demam
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Sakit punggungPembengkakan kelenjar getah bening
  • Ruam pada wajah, telapak tangan, telapak kaki, mata, mulut, tenggorokan, hingga selangkangan.

Gejala umum ini akan berlangsung dua hingga tiga minggu dan dapat hilang dengan sendirinya atau dengan perawatan intensif, seperti obat untuk nyeri atau demam. Untuk meminimalisasi penyebaran, sahabat Fimela dapat membatasi kontak erat dengan orang yang memiliki gejala atau terkonfirmasi positif cacar monyet serta menerapkan dan menjaga perilaku hidup hidup bersih, salah satunya dengan melakukan desinfeksi lingkungan.

 

Penulis: Angela Marici

#Women for Women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading