Sukses

Health

Tekan Angka Kasus Diagnosis Kanker Payudara, Menkes Minta Masyarakat untuk Melakukan SADARI

Fimela.com, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, meminta masyarakat untuk memperkuat deteksi kanker payudara melalui Gerakan Periksa Payudara Sendiri (SADARI). Hal ini bertujuan untuk mengetahui lebih dini perihal kanker payudara. Selain itu, penanganan kanker payudara di Indonesia juga harus diupayakan bersama dengan menggandeng istakeholder terkait.

Melansir dari Liputan6.com, permintaan penguatan deteksi kanker payudara melalui SADARI ini disampaikan oleh Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) yaitu Linda Agum Gumelar. Ia mengatakan bahwa dalam menangani kasus kanker payudara, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak.

"Untuk menangani kanker payudara, kita harus melakukan kerja sama dengan berbagai pihak. Ya, Pemerintah dengan kebijakannya dan saya lihat sepertinya Pak Menteri Kesehatan (Budi Gunadi Sadikin) sangat concern (perhatian) dengan kanker payudara," ucap Linda seperti yang dikutip dari Liputan6.com.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per tahun 2022, terdapat sebanyak 2,3 juta perempuan di dunia yang didiagnosis kanker payudara dan 685 ribu di antaranya meninggal dunia. Sementara itu, jumlah kasus baru kanker payudara di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 65.858 kasus atau setara dengan 16,6 persen dari total 396.914 kasus kanker dengan jumlah kematian sebanyak 22.430 jiwa.

 

Kendala Penanganan Kanker Payudara di Indonesia

Upaya deteksi dini kanker payudara lewat gerakan SADARI ini bertujuan untuk menekan angka kasus diagnosis karena kanker payudara merupakan kanker dengan penderita terbanyak di dunia termasuk Indonesia. Namun, mengutip dari Liputan6.com, Linda Agum Gumelar selaku ketua YKPI mengatakan bahwa penanganan kanker payudara di Indonesia masih menemui banyak kendala, salah satunya dikarenakan Indonesia yang merupakan negara luas sehingga penyebaran informasi terkait kanker payudara masih belum efektif.

"Dan provider-nya delay (lambat) ditangani di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL). Bisa juga karena kekurangan tenaga kesehatan yang kompeten untuk melakukan deteksi dini, alat sarana dan pasarana kurang. Tentu, semua itu menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama," ucap Linda.

Linda juga mengingatkan kepada para perempuan yang merasakan adanya benjolan di bawah ketiak atau rasa nyeri di sekitar payudara untuk tidak perlu cemas dan segera menemui dokter di fasilitas kesehatan terdekat.

"Jangan takut kalau ada benjolan, segera pergi berobat. Karena banyak juga pasien yang telat berobat, ya puskesmasnya jauh, enggak ada biaya," tambahnya.

Program Rumah Singgah YKPI

Guna memaksimalkan upaya penanganan kanker payudara di Indonesia, YKPI memiliki pelatihan pendamping pasien kanker payudara bersertifikat atau yang disebut patient navigator. Hal ini disebabkan tidak mudahnya untuk berkomunikasi dengan orang yang sedang sakit. Patient navigator ini juga sebagian besar merupakan survivor atau penyintas kanker payudara.

Melansir dari Liputan6.com, selain patient navigator, YKPI juga memiliki program lain yaitu Rumah Singgah yang berlokasi di Jalan Anggrek Nelly Murni No, A38, Slipi, Jakarta. Pengadaan program ini dikarenakan terbatasnya rumah sakit rujukan nasional yang hanya bisa ke Rumah Sakit Kanker Dharmais sehingga cukup sulit bagi para pasien untuk menjangkaunya terutama yang tinggal di daerah lain.

"Jangankan untuk nginap di tempat lain, untuk transpor (ongkos perjalanan) susah, sehingga YKPI membuat Rumah Singgah, ya tidak jauh dari Rumah Sakit Kanker Dharmais bagi Saudara-saudara kita yang membutuhkan pengobatan apalagi harus kemo," ucap Titien Pamudji.

Selain itu, pasien kanker payudara juga perlu melakukan radiasi yang setiap hari harus ke rumah sakit, sehingga dengan adanya Rumah Singgah YKPI sangat membantu memudahkan para pasien dalam mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.

"Mereka bisa tinggal di situ, ditemani dengan satu orang pendamping. Mereka dikenakan Rp15.000 untuk satu bulan," tutup Titien.

 

Penulis: Frida Anggi Pratasya

#Women for Women

  

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading