Sukses

Health

Hari AIDS Sedunia, HIV Bukan Halangan untuk Menerima Vaksin COVID-19

Fimela.com, Jakarta Hari AIDS Sedunia diperingati pada bulan Desember setiap tahunnya di seluruh dunia. Momentum ini biasanya digunakan untuk menggencarkan pembahasan terkait HIV/AIDS sesuai dengan kondisi terkini. Salah satunya yaitu tentang penerimaan vaksin COVID-19 untuk ODHIV (Orang dengan Human Immunodeficiency Virus). Pertanyaan yang kerap muncul akhir-akhir ini adalah bisakah ODHIV menerima vaksin COVID-19?

Menjawab pertanyaan tersebut, Ketua Perhimpunan Dokter Peduli AIDS Indonesia (PDPAI), Dr dr Evy Yunihastuti mengungkapkan bahwa HIV bukanlah penghalang untuk menerima vaksin COVID-19. Meskipun CD4 milik pasien masih rendah, namun tes tersebut masih dilakukan untuk menentukan tingkat sistem imunitas pada ODHIV.

"HIV itu bukan merupakan kontraindikasi atau penghalang penggunaan vaksin COVID-19. Walaupun CD4 pasien masih rendah. Karena semua vaksin COVID-19 yang ada sebenarnya adalah vaksin yang (virusnya) dilemahkan, bukan vaksin hidup. Jadi tetap bisa digunakan oleh semua ODHIV. Walaupun kekebalan tubuhnya masih rendah," ujar Evy dalam media briefing bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), mengutip dari Liputan6.com.

Evy menambahkan bahwa kekurangan vaksin COVID-19 yang diberikan pada ODHIV adalah efektivitasnya akan tetap lebih rendah karena kekebalan tubuh yang belum baik. Oleh karena itu, ODHIV diimbau untuk tetap waspada dan menjaga diri agar tidak terinfeksi COVID-19.

Banyak ODHIV yang Sudah Divaksinasi

Melansir dari Liputan6.com, Evy mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada ODHIV di RSCM terkait faktor penyebab ODHIV ingin divaksinasi COVID-19, menunjukkan bahwa keinginan ODHIV untuk menerima vaksin cukup besar yakni 75 persen.

Saat dievaluasi ulang pada pertengahan 2022, terdapat sebanyak 89 persen ODHIV yang ada di RSCM sudah melakukan vaksinasi COVID-19 dosis pertama. 85 persen sudah melakukan vaksinasi dosis kedua, dan masih ada 50 persen yang belum melakukan booster. Evy juga mengungkapkan beberapa hal yang mendorong ODHIV untuk melakukan vaksinasi, di antaranya adalah keinginan mendapatkan proteksi lebih, anjuran dari dokter, dan dorongan dari pihak keluarga.

"Yang menarik itu kita bertanya, siapa yang memengaruhi ODHIV mau divaksin? Ternyata yang pertama adalah program pemerintah, kemudian dokternya. Jadi kalau dokternya menyuruh ODHIV untuk divaksin, itu biasanya akan sangat efektif," ujar Evy, dikutip dari Liputan6.com.

"Dan yang paling berpengaruh adalah keluarga. Jadi kalau keluarganya mendorong untuk divaksin, itu adalah faktor terpenting yang membuat seseorang ODHIV itu mau divaksin COVID-19. Jadi yang harus diedukasi bukan hanya ODHIV-nya, tapi juga keluarganya," tambahnya.

ODHIV Berisiko Tinggi Terkena COVID-19

Melansir dari Liputan6.com, Evy mengatakan bahwa ODHIV memiliki resiko yang lebih tinggi terinfeksi COVID-19 dengan gejala yang lebih berat berdasarkan penelitian yang sudah digabung dalam menta analisis. ODHIV berisiko 1,3 hingga 2,3 kali lebih tinggi untuk terkena COVID-19 dibanding non-HIV. Selain itu, ODHIV juga memiliki resiko kematian akibat COVID-19 sebesar 1,8 kali lebih tinggi.

Melihat kasus COVID-19 yang kian meningkat saat ini, Evy mengatakan bahwa penting bagi ODHIV untuk tetap waspada dan menyarankan untuk melakukan vaksinasi karena mereka termasuk kelompok berisiko.

"Kita sama-sama tahu bahwa saat ini COVID-19 mulai meningkat lagi, dan mulai muncul berbagai varian. Karena tadi, tetap saja ODHIV itu lebih berisiko terkena COVID-19. Tentu harus tetap waspada terhadap penularan COVID-19," ujar Evy.

Hal yang Harus Diperhatikan ODHIV

Melansir dari Liputan6.com, berikut merupakan empat hal yang harus diperhatikan ODHIV terkait COVID 19 seperti yang diungkapkan oleh Dr dr Evy Yunihastuti:

1.Berkaitan dengan komorbid dimana pasien memiliki diabetes, hipertensi, dan penyakit lainnya.

2. Saat CD4 ODHIV di bawah 200 sel/mm3.

3. Belum menggunakan obat ART (antiretroviral) atau sudah berhenti menggunakan obat ART.

4. Saat ada infeksi oportunistik

"Kalau misalnya tiga dari empat items ini ternyata ada, maka kemungkinan besar dia 58 persen akan menjadi COVID-19 berat. Jadi sebaiknya harus dirawat. Sementara kalau dua mungkin risikonya 25 persen, kalau satu 7,3 persen. Jadi masih boleh rawat jalan," kata Evy.

Ia juga mengatakan bahwa penting bagi para ODHIV untuk menggunakan ART selama pandemi COVID-19. Hal ini dikarenakan agar kondisi tetap terjaga dan tidak mengalami keempat kondisi yang disebutkan di atas. Selain itu, ART juga membantu ODHIV agar jika terinfeksi COVID-19 tidak menjadi COVID-19 yang berat.

 

Penulis: Frida Anggi Pratasya

#Women for Women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading