Sukses

Health

Mengenal Penyebab Disleksia pada Anak Beserta Gejalanya

Fimela.com, Jakarta Disleksia adalah sebuah kondisi gangguan kesehatan di mana penderitanya memiliki ketidakmampuan atau kesulitan untuk membaca dan menulis. Penderita disleksia sulit untuk membaca dan menulis dengan baik karena mereka memiliki masalah identifikasi suara, di mana hal tersebut berhubungan dengan huruf dan kata (decoding).

Penderita disleksia umumnya mengalami kesulitan dengan pemahaman membaca, mengeja, dan menulis. Tetapi, penyakit ini tidak berkaitan dengan masalah kecerdasan. Penyakit disleksia hanya memengaruhi area otak yang memproses bahasa saja.

Orang dengan penyakit disleksia biasanya memiliki tingkat kecerdasan yang normal dan juga memiliki penglihatan yang normal. Sebagian besar anak disleksia dapat ikut belajar dengan baik di sekolah dengan bimbingan atau program pendidikan khusus. Dukungan emosional juga memainkan peran penting bagi para penderita penyakit ini.

Meskipun hingga kini masih belum ada obat untuk penyakit disleksia, penilaian dan intervensi awal dapat sangat membantu untuk mengatasinya. Terkadang, penyakit disleksia tidak terdiagnosis selama bertahun-tahun dan tidak dikenali sampai dewasa. Meski begitu, tak ada kata terlambat untuk mencari bantuan pengobatan.

Untuk itu, berikut Fimela.com kali ini akan mengulas penyebab disleksia pada anak beserta gejalanya. Dilansir dari Merdeka.com, simak ulasan selengkapnya di bawah ini. 

Penyebab Disleksia

Disleksia adalah penyakit yang seringkali mendera sejak masa kanak-kanak. Para peneliti hingga kini masih belum menemukan penyebab pasti dari penyakit ini. Namun, telah diketahui bahwa gen dan perbedaan otak berperan penting sebagai faktor pemicu dari disleksia. Berikut beberapa kemungkinan penyebab disleksia yang paling umum:

Gen dan Keturunan

Penyebab utama disleksia adalah gen dan keturunan. Disleksia sering diturunkan dalam keluarga. Sekitar 40% saudara kandung penderita disleksia juga kesulitan membaca. Sebanyak 49% orang tua dari anak disleksia juga mengalaminya. Para ilmuwan juga menemukan gen yang terkait dengan masalah membaca dan memproses bahasa.

Anatomi dan Aktivitas Otak

Penyebab lainnya dari disleksia adalah anatomi dan aktivitas otak. Studi pencitraan otak telah menunjukkan perbedaan otak antara orang dengan dan tanpa disleksia. Perbedaan ini terjadi di area otak yang terlibat dengan keterampilan membaca utama.

Keterampilan ini adalah mengetahui bagaimana suara direpresentasikan dalam kata-kata, dan mengenali seperti apa kata-kata tertulis. Tetapi, otak bisa berubah. Studi menunjukkan bahwa aktivitas otak pada penderita disleksia berubah setelah mereka mendapatkan instruksi atau bimbingan yang tepat.

Gejala Disleksia

Gejala penyakit disleksia mungkin sulit dikenali sebelum anak mulai masuk sekolah. Tetapi, beberapa petunjuk awal dapat menjadi petunjuk tentang adanya masalah yang berkenaan dengan kondisi ini.

Begitu anak mencapai usia sekolah, guru mungkin adalah orang pertama yang menyadari adanya masalah. Tingkat keparahan penyakit disleksia bervariasi, tetapi kondisinya akan menjadi jelas saat seorang anak mulai belajar membaca.

1. Usia sebelum sekolah

Tanda-tanda atau gejala bahwa seorang anak mungkin berisiko mengalami disleksia meliputi:

  • Terlambat berbicara.
  • Belajar kata-kata baru secara perlahan.
  • Bermasalah dalam membentuk kata-kata dengan benar, seperti membalikkan suara dalam kata-kata atau bingung terhadap kata-kata yang terdengar sama.
  • Masalah mengingat atau menamai huruf, angka, dan warna.
  • Kesulitan mempelajari lagu anak-anak atau bermain game berima.

2. Usia sekolah

Setelah anak bersekolah, tanda dan gejala penyakit disleksia mungkin menjadi lebih jelas, di antaranya:

  • Kemampuan membaca jauh di bawah tingkat yang diharapkan untuk usia rata-ratanya.
  • Masalah memproses dan memahami apa yang didengar.
  • Kesulitan menemukan kata yang tepat atau membentuk jawaban atas pertanyaan.
  • Bermasalah dalam mengingat urutan hal-hal.
  • Kesulitan melihat (dan kadang-kadang mendengar) persamaan dan perbedaan huruf dan kata.
  • Ketidakmampuan untuk mengucapkan pengucapan kata yang tidak dikenal.
  • Kesulitan mengeja.
  • Menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang melibatkan membaca atau menulis.
  • Menghindari kegiatan yang melibatkan membaca.

3. Remaja dan dewasa

Gejala penyakit disleksia pada remaja dan orang dewasa mirip dengan pada anak-anak. Beberapa tanda dan gejala penyakit disleksia yang umum pada remaja dan orang dewasa meliputi:

  • Kesulitan membaca, termasuk membaca nyaring.
  • Lambat dalam membaca dan menulis.
  • Masalah ejaan.
  • Menghindari kegiatan yang melibatkan membaca.
  • Salah mengucapkan nama atau kata.
  • Kesulitan memahami lelucon atau ungkapan dengan makna yang tidak mudah dipahami dari kata-kata (idiom) tertentu.
  • Menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang melibatkan membaca atau menulis.
  • Kesulitan meringkas ceritaKesulitan belajar bahasa asing.
  • Kesulitan menghafal.

Meskipun sebagian besar anak sudah siap untuk belajar membaca sejak taman kanak-kanak atau kelas satu, anak-anak dengan disleksia seringkali tidak dapat memahami dasar-dasar membaca pada saat itu.

Konsultasikan dengan dokter jika tingkat membaca anak di bawah apa yang diharapkan untuk usianya atau jika kamu sebagai orangtua melihat tanda-tanda disleksia lainnya. Ketika disleksia tidak terdiagnosis dan tidak diobati, kesulitan membaca masa kanak-kanak dapat berlanjut hingga dewasa.

Penanganan Disleksia yang Tepat

Meski belum ada obat untuk penyakit disleksia, tetapi berbagai pendekatan dapat membantu untuk mengatasi kondisi ini. Disleksia memengaruhi setiap penderitanya secara berbeda, dan kebanyakan dari mereka akan menemukan cara untuk mengakomodasi perbedaan belajar dan berkembang dengan cara masing-masing.

Menerima diagnosis dan dukungan sejak dini dapat memiliki manfaat jangka panjang bagi para penderita disleksia. Menangani disleksia pada anak-anak dapat dilakukan dengan:

  • Evaluasi kebutuhan individu: Hal ini dapat membantu guru mengembangkan program yang ditargetkan untuk anak.
  • Alat pembelajaran yang disesuaikan: Anak-anak dengan disleksia dapat mengambil manfaat dari alat belajar yang memanfaatkan indra mereka, seperti sentuhan, penglihatan, dan pendengaran.
  • Bimbingan dan dukungan: Konseling dapat membantu meminimalkan efek pada harga diri. Bentuk dukungan lain mungkin melibatkan, misalnya, memberikan waktu ekstra untuk ujian.
  • Evaluasi berkelanjutan: Orang dewasa dengan disleksia dapat mengembangkan strategi koping dan mengidentifikasi area di mana mereka akan mendapat manfaat dari lebih banyak dukungan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading