Sukses

Lifestyle

Alami Pelecehan hingga Trauma, Perempuan Ini Tinggalkan Industri Film yang Dicintainya

Fimela.com, Jakarta Heather Kristin teringat musim 4 episode 2 dari "Sex and the CIty," ketika Charlotte yang diperankan oleh Kristin Davis, mengunjungi dokter kandungannya. Sebagai pengganti Davis, seseorang yang menyerupai bintang dan disewa untuk berada di set sementara kru menyesuaikan lampu dan kamera, Heather harus melebarkan kaki dan menahan posisinya sampai semua siap untuk syuting.

Pekerjaan Heather mengharuskannya tetap diam dan patuh saat bekerja. Ia melakukan apa yang diperintahkan, selama bertahun-tahun saat ia masih bekerja di acara tersebut.

Saat sutradara dan bintang pergi untuk rapat, seorang anggota kru membenarkan letak kaki Heather dan melihat hal tersebut, anggota kru lainnya tertawa. Tidak hanya itu, mereka juga membuat komentar kasar tentang tubuhnya dan memotretnya.

Jelas Heather ingin marah, namun ia tetap melakukannya, karena tahu itu pekerjaannya, sumber untuk membayar berbagai tagihan. Saat ia kembali ke apartemen studionya, ia akan membenamkan diri di bawah selimut karena merasa terhina dan tidak berdaya.

Setelah kejadian tersebut, Heather membawa biolanya ketika bekerja. Saat waktu istirahat, ia akan berlatih di panggung kosong, atau di manapun tempat yang bisa ditemukannya.

Ini hanya satu dari banyak perilaku beracun yang dialami oleh Heather, hingga ia tidak tahan lagi dan memutuskan untuk berhenti. Ketika Heather melahirkan putrinya yang diberi nama Daisy beberapa tahun kemudian, ia mendapati dirinya merenungkan kehidupannya sendiri.

 

 

Setelah lama bungkam, Heather merasa dirinya perlu buka suara tentang pengalaman pelecehan yang dialaminya di masa lalu

Ia memikirkan tentang saat-saat indah yang ia alami di set "Sex and the City," seperti saat ia bernyanyi dan Sarah Jessica Parker memberinya mawar, atau ketika seorang staf produksi membelanya ketika seorang kru lainnya mengatakan hidungnya terlalu besar untuk terlihat di layar. Atau suatu larut malam ketika Kristin Davis memberinya tumpangan pulang dengan mobilnya dan memberi sebuah gaun sutra yang sampai saat ini masih dipamerkan oleh Heather kepada teman-temannya.

Selama bertahun-tahun, Heather berpikir untuk bicara tentang pengalamannya, namun ia berkata pada dirinya sendiri bahwa apa yang ia alami tidak sebanding dengan pengalaman perempuan lain di industri ini. Jadi, Heather tetap diam tentang pengalaman di masa lalu, di mana ia pernah dilecehkan.

Keluar dari industri tersebut, Heather mengajar biola kepada anak-anak prasekolah dan membawa serta kedua putrinya yang berusia 2 dan 7 tahun ketika ia harus bekerja. Mereka menjadi rekan guru bagi Heather, membagikan tongkat kayu untuk bermain drum kepada anak-anak lain.

Saat itulah, Heather akhirnya merasa damai, ia tidak khawatir tentang perlakuan kejam yang mungkin harus ditanggungnya jika ia ingin tetap membawa pulang gaji. Sampai suatu hari, Heather diingatkan bahwa dengan menceritakan kisahnya di masa lalu, ia dapat mengubah hidup orang lain dan mengubah budaya yang sudah ada.

Heather juga merasa tidak sendiri, terlalu banyak profesional di industri film yang berurusan dengan pelecehan dan semakin banyak dari mereka sekarang telah berani bicara tentang hal-hal yang mereka alami di lokasi syuting. Hal pertama yang diyakini Heather perlu dilakukan adalah mengedukasi semua orang tentang apa itu perilaku beracun, mengapa itu salah, dan bagaimana hal itu menghalangi semua orang untuk bisa melakukan pekerjaan terbaiknya.

Mereka yang berada di posisi kepemimpinan harus diminta untuk mengikuti pelatihan tentang bagaimana mengenali dan menghapus pelecehan, bagaimana memperlakukan orang lain dengan hormat, apapun posisi mereka. Heather sangat senang membaca tentang produser Gary Foster yang memulai misinya untuk membantu mengubah budaya di film dan televisi.

Heather senang saat ini sudah banyak pelaku industri film yang mulai mengubah budaya untuk menghilangkan pelecehan

Gary Foster dan Eileen Coskey Fracchia meluncurkan dua inisiatif, yaitu Humanity on Set dan LEAD Program, di mana mereka menyediakan alat dan sumber daya yang bertujuan membangun pemimpin agar lebih baik, memperdalam keterlibatan pemain dan kru, serta membuktikan bahwa lingkungan kerja yang beragam, inklusif, dan apresiatif menghasilkan sesuatu yang sangat produktif dan menguntungkan. Sudah lama sekali sejak Heather tidak pernah mengidolakan siapapun.

Siapa yang tahu kemana perginya karier dan hidupnya jika ia tidak mengalami hal-hal di masa lalu tersebut? Namun, Heather menyadari dirinya tidak bisa mengubah apa yang telah terjadi atau bagaimana ia bereaksi.

Sekarang, bertahun-tahun kemudian, ketika Heather telah menjadi lebih tua dan bijaksana, ia mengerti bahwa ia memiliki pilihan untuk menceritakan kisahnya atau tidak. Heather menyadari bahwa saat ini belum terlambat untuk membagikan kebenarannya.

Heather bahkan tidak peduli jika ia dikritik karena bicara menentang bisnis yang pernah dicintainya. Ia menyadari bahwa ia memiliki kesempatan membawa perubahan atau setidaknya memulai percakapan tentang hal ini dan memberikan contoh yang baik untuk putrinya.

Dengan berbagi ceritanya dan berdiskusi, Heather akan menekankan betapa pentingnya menghormati diri sendiri dan orang lain, membuat batasan, dan menolak diperlakukan dengan cara yang kamu tahu tidak sehat, baik, atau adil. Heather berharap siapapun yang menemukan diri mereka berada dalam situasi yang mirip dengan yang ia alami dulu, mereka akan berani dan tahu apa yang harus dilakukan.

#Elevate Women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading