Bagaimana Menangani Anak yang Tantrum dengan Cerdas?

Nabila MecadinisaDiterbitkan 09 November 2025, 10:33 WIB

ringkasan

  • Tantrum adalah ledakan emosi normal pada anak usia 1-4 tahun, seringkali disebabkan keterbatasan komunikasi dan frustrasi.
  • Menangani tantrum membutuhkan ketenangan orang tua, mengidentifikasi penyebab, mengalihkan perhatian, serta memvalidasi perasaan anak.
  • Penting untuk tidak memukul atau mengumbar janji, serta mencari bantuan profesional jika tantrum berlebihan atau membahayakan.

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, pernahkah Anda merasa bingung saat si kecil tiba-tiba meluapkan emosi dengan berteriak atau berguling di lantai? Fenomena ini, yang dikenal sebagai tantrum, adalah bagian normal dari perkembangan emosi anak yang seringkali memuncak pada usia 2 tahun. Ini adalah cara anak mengekspresikan frustrasi atau kemarahan karena keterbatasan komunikasi mereka.

Umumnya, tantrum terjadi ketika anak belum memiliki kemampuan bahasa yang memadai untuk mengutarakan keinginan atau perasaannya secara efektif. Mereka mungkin merasa lelah, lapar, atau keinginannya tidak terpenuhi, sehingga ledakan emosi menjadi satu-satunya cara untuk menarik perhatian. Memahami pemicu ini adalah langkah awal penting bagi setiap orang tua.

Artikel ini akan membahas secara komprehensif bagaimana menangani anak yang tantrum dengan pendekatan yang tenang dan efektif. Kami akan mengupas tuntas penyebabnya, strategi penanganan yang tepat, hingga kapan Anda perlu mencari bantuan profesional untuk mendukung tumbuh kembang si kecil.

2 dari 4 halaman

Memahami Akar Masalah Tantrum Si Kecil

Tantrum seringkali menjadi sinyal bahwa anak sedang menghadapi kesulitan dalam mengelola emosinya atau mengomunikasikan kebutuhannya. Salah satu penyebab utamanya adalah keterbatasan bahasa; anak belum memiliki kosakata yang cukup untuk mengungkapkan rasa marah, sedih, atau kesal secara verbal. Ini membuat mereka melampiaskan emosi melalui perilaku fisik yang mengganggu.

Selain itu, frustrasi dan keinginan yang tidak terpenuhi juga menjadi pemicu umum. Anak mungkin merasa kesal atau marah karena keinginannya tidak dapat dikabulkan, atau mereka tidak bisa mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan. Kondisi fisik yang tidak nyaman, seperti lelah, lapar, atau masalah pencernaan seperti perut kembung, juga dapat memicu ledakan emosi ini.

Terkadang, tantrum juga bisa menjadi cara anak mencari perhatian dari orang tua atau lingkungan sekitar. Mereka mungkin ingin menunjukkan kemandirian namun masih mendambakan perhatian, sehingga emosinya meluap ketika merasa tidak dipedulikan. Mengidentifikasi pemicu spesifik ini sangat krusial dalam menentukan bagaimana menangani anak yang tantrum secara tepat.

3 dari 4 halaman

Strategi Ampuh Menghadapi Anak Tantrum dengan Tenang

Menghadapi anak yang sedang tantrum memerlukan kesabaran dan ketenangan dari orang tua. Langkah pertama adalah menjaga diri tetap tenang dan tidak ikut terbawa emosi. Tarik napas dalam-dalam dan tunjukkan sikap tenang; ini akan menjadi contoh bagi anak dan membantu Anda berpikir jernih saat mencari tahu penyebab tantrumnya, apakah karena lapar, lelah, atau keinginan yang tidak terpenuhi.

Salah satu cara efektif adalah mengalihkan perhatian anak ke hal lain yang menarik, seperti mainan favorit atau buku cerita, untuk menggeser fokus mereka dari frustrasi. Jika tantrum terjadi di tempat umum, segera bawa anak ke tempat yang lebih sepi atau berikan ruang di rumah, namun tetap awasi keamanannya. Jika tantrumnya hanya untuk mencari perhatian, mendiamkan sejenak bisa efektif, asalkan anak aman.

Penting sekali untuk memvalidasi perasaan anak dengan mengatakan, "Mama tahu kamu kesal," yang menunjukkan Anda memahami emosinya tanpa membenarkan perilakunya. Setelah itu, berikan pengertian mengapa keinginannya tidak bisa dikabulkan. Pastikan anak aman; singkirkan benda berbahaya jika ia memukul atau membanting barang. Hindari memukul atau membentak anak, karena ini hanya akan memperburuk situasi dan tidak menyelesaikan masalah.

Ketika anak mulai tenang, gunakan nada bicara yang lembut saat mengajaknya berkomunikasi. Jika tantrum disebabkan oleh rasa lapar atau ketidaknyamanan fisik, berikan makanan atau minuman yang tepat. Setelah anak berhasil menenangkan diri dan dapat diajak berkomunikasi, berikan pujian atas sikap positifnya. Konsistensi dalam bersikap tegas dan tenang tanpa mengumbar janji adalah kunci agar anak tidak terbiasa menggunakan tantrum sebagai alat manipulasi.

4 dari 4 halaman

Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?

Ilustrasi balita yang sedang tantrum (sumber foto: pexels.com/Ron Lach)

Meskipun tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak, ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa tantrum si kecil mungkin tidak wajar dan memerlukan perhatian lebih serius. Sahabat Fimela perlu waspada jika tantrum terjadi lebih dari 10 kali dalam sebulan, atau lebih dari 5 kali sehari secara berturut-turut. Durasi tantrum yang lebih dari 15-20 menit tanpa henti juga menjadi indikator penting.

Kondisi lain yang memerlukan konsultasi dengan dokter spesialis anak adalah jika anak menyakiti diri sendiri atau orang lain selama tantrum, seperti memukul, menjambak, atau menendang. Perilaku agresif yang membahayakan ini bukan lagi sekadar luapan emosi biasa.

Jika Anda sebagai orang tua merasa kesulitan dalam menghadapi tantrum anak, meskipun sudah menerapkan berbagai cara yang disarankan, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Dokter atau psikolog anak dapat memberikan panduan dan strategi yang lebih spesifik sesuai dengan kondisi unik si kecil, memastikan tumbuh kembangnya tetap optimal.