Anak Sering Berbohong? Ini Penyebab dan Cara Menanganinya

Anisya FandiniDiterbitkan 07 Desember 2025, 08:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Ketika anak mulai sering berbohong, banyak orang tua langsung merasa khawatir. Apakah anak sedang memberontak? Atau sudah mulai meniru perilaku yang buruk? Padahal, kebutuhan anak berbohong bisa berasal dari hal-hal sederhana yang tidak selalu disadari orang tua.

Berbohong pada anak seringkali terjadi karena mereka belum bisa sepenuhnya memahami konsekuensi, belum mampu mengatur emosi, atau sekadar mencoba memahami dunia dengan cara mereka sendiri. Reaksi orang tua yang tepat justru menjadi kunci penting agar anak tidak semakin terbiasa berbohong.

Dengan memahami penyebabnya dan memberikan respon yang lebih lembut, orang tua bisa membantu anak belajar jujur tanpa merasa takut atau tertekan.

2 dari 8 halaman

Mengapa Anak Sering Berbohong? Beragam Penyebab yang Perlu Dipahami

Kehadiran orang tua dalam tumbuh kembang anak sangatlah penting. (foto: tirachardz/freepik)

Salah satu penyebab paling umum anak berbohong adalah rasa takut dimarahi atau dihukum ketika mereka melakukan kesalahan. Banyak anak belajar bahwa mengakui kebenaran bisa berujung pada kemarahan orang tua, sehingga kebohongan menjadi cara mereka melindungi diri. Anak mungkin merasa belum mampu menjelaskan situasi dengan baik atau takut membuat orang tua kecewa, sehingga menutupi kenyataan terasa lebih aman bagi mereka. Dalam kondisi ini, kebohongan bukanlah niat buruk, melainkan upaya bertahan dari konsekuensi yang mereka anggap menakutkan.

Selain itu, ada anak yang berbohong karena ingin mendapatkan perhatian atau penerimaan dari lingkungan sekitarnya. Ketika mereka merasa kurang diperhatikan, cerita yang dilebih-lebihkan atau diubah bisa menjadi cara untuk menarik reaksi orang tua, teman, atau bahkan guru. Kebohongan seperti ini bukan karena mereka berniat menipu, tetapi karena mereka ingin dianggap, didengar, atau terlihat menarik. Pada tahap tertentu, hal ini juga berkaitan dengan kepercayaan diri anak yang masih berkembang. Ketika anak merasa kurang percaya diri, mereka mungkin membuat cerita-cerita tertentu agar dapat menutupi rasa kurang tersebut.

Penyebab lain yang tak kalah penting adalah pengaruh lingkungan dan tahap perkembangan imajinasi anak. Jika anak sering melihat orang dewasa di rumah memberikan alasan palsu, janji kosong, atau kebohongan kecil, mereka akan menganggap kebiasaan itu sebagai hal yang normal. Di sisi lain, anak usia dini masih sulit membedakan antara fantasi dan kenyataan. Imajinasi mereka sangat aktif, sehingga cerita yang terdengar seperti kebohongan sebenarnya merupakan hasil campuran antara kreativitas dan pemahaman yang belum matang. Karena itu, tidak semua “kebohongan” pada anak usia kecil berarti mereka sengaja menipu sering kali mereka hanya belum memahami batas antara cerita dan fakta.

3 dari 8 halaman

Cara Mengatasi Kebiasaan Berbohong pada Anak

4 dari 8 halaman

1. Ciptakan Lingkungan yang Aman untuk Bercerita

Pentingnya anak bercerita. (foto: tirachardz/freepik)

Agar anak mau berkata jujur, mereka harus merasa aman secara emosional. Hindari langsung marah, mengancam, atau memberi hukuman berat ketika mereka melakukan kesalahan. Tunjukkan bahwa kejujuran selalu diterima, meski kebenarannya sulit didengar. Semakin aman anak merasa, semakin kecil kemungkinan mereka berbohong.

5 dari 8 halaman

2. Beri Contoh Kejujuran dalam Keseharian

Conscious parenting berarti mengajak orang tua untuk hadir sepenuhnya dalam setiap momen bersama anak. [Dok/freepik.com/Lifestylememory]

Anak belajar dari apa yang mereka lihat. Jika orang tua ingin anak jujur, maka mereka juga harus membiasakan diri untuk bersikap jujur dalam berbagai situasi. Hal sederhana seperti menepati janji kecil, tidak memberikan alasan palsu, dan berani mengakui kesalahan akan menjadi contoh kuat bagi anak.

6 dari 8 halaman

3. Beri Pujian Saat Anak Jujur

Anak-anak yang terlalu sering dipuji cenderung bergantung pada pengakuan orang lain. (Foto/Dok: freepik.com)

Saat anak berani berkata jujur, terutama dalam situasi yang sulit, berikan pujian atau apresiasi. Ini membantu mereka memahami bahwa kejujuran mendatangkan dampak positif. Pujian tidak perlu berlebihan—cukup dengan ucapan hangat dan penghargaan sederhana yang membuat anak merasa dihargai.

7 dari 8 halaman

4. Jelaskan Bedanya Fantasi dan Kebohongan

Pada anak yang imajinatif, orang tua perlu menjelaskan bahwa fantasi itu bagus untuk bermain, tetapi berbeda dari kenyataan yang harus disampaikan apa adanya. Buat contoh sederhana agar anak mudah memahami kapan mereka boleh bercerita kreatif dan kapan mereka harus jujur dalam menyampaikan sesuatu.

8 dari 8 halaman

5. Berikan Konsekuensi yang Bijak

Konsekuensi tetap penting ketika anak berbohong, tetapi harus diberikan secara bijak. Hindari hukuman yang membuat anak takut dan justru makin berbohong. Gunakan konsekuensi yang mengajarkan tanggung jawab, bukan yang menciptakan rasa terancam.

Kebiasaan berbohong pada anak bukan semata-mata masalah perilaku, tetapi sering kali merupakan tanda adanya kebutuhan emosional yang belum terpenuhi, rasa takut, pengaruh lingkungan, atau perkembangan imajinasi yang masih berkembang. Dengan memahami penyebabnya dan memberikan pendekatan yang hangat, konsisten, dan penuh empati, orang tua dapat membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih jujur dan percaya diri. Komunikasi yang aman, terbuka, dan penuh dukungan tetap menjadi kunci agar anak tidak merasa perlu menutupi kebenaran.