Fimela.com, Jakarta - Banyak perempuan mengalami perubahan emosional saat menstruasi, seringkali memunculkan pertanyaan seperti "kenapa saat haid emosian?". Ini adalah fenomena umum yang memengaruhi jutaan perempuan di seluruh dunia, dengan hingga 75% wanita mengalami gejala Sindrom Pramenstruasi (PMS) pada tingkat yang bervariasi. Kondisi ini bisa berkisar dari sensitivitas ringan hingga Gangguan Disforik Pramenstruasi (PMDD) yang lebih parah, yang gejalanya lebih intens dan mengganggu kehidupan sehari-hari.
Perubahan suasana hati yang drastis ini bukanlah hal yang dibuat-buat, melainkan respons alami tubuh terhadap fluktuasi hormon yang signifikan. Terutama, penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron setelah ovulasi diyakini menjadi pemicu utama ketidakstabilan emosi yang seringkali membuat kita merasa tidak stabil. Fluktuasi ini secara langsung memengaruhi neurotransmiter penting seperti serotonin dan dopamin di otak.
Memahami penyebab ilmiah di balik emosi saat haid sangat penting untuk mengelola dampaknya. Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa Sahabat Fimela sering merasa emosional saat haid, serta berbagai strategi efektif untuk mengatasinya. Dengan pengetahuan yang tepat, Anda bisa menjalani periode menstruasi dengan lebih nyaman dan seimbang.
Fluktuasi Hormon, Dalang di Balik Emosi Saat Haid
Perubahan emosi yang intens saat haid, seperti mudah marah, sedih, atau sensitif, berakar pada fluktuasi kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh. Hormon-hormon ini, yang berperan besar dalam mengatur suasana hati, sistem saraf, dan energi tubuh, mengalami penurunan drastis setelah ovulasi dan sebelum menstruasi dimulai. Ini adalah pemicu utama ketidakstabilan emosional yang sering dirasakan oleh banyak Sahabat Fimela.
Penurunan kadar estrogen dan progesteron ini secara langsung memengaruhi kadar neurotransmiter di otak, khususnya serotonin. Serotonin adalah zat kimia otak yang esensial untuk pengaturan suasana hati, pola tidur, serta nafsu makan. Para ahli percaya bahwa fluktuasi kadar serotonin dapat memicu berbagai gejala sindrom pramenstruasi (PMS), seperti perasaan sedih, cemas, mudah tersinggung, dan masalah tidur.
Selain serotonin, hormon estrogen juga memiliki peran penting dalam memodulasi produksi dan efek endorfin, yaitu zat kimia "rasa senang" di otak. Fluktuasi estrogen dapat mengubah cara produksi dan efek endorfin, yang berkontribusi pada perubahan suasana hati. Penting untuk diingat bahwa sensitivitas individu terhadap fluktuasi hormon ini bervariasi, menjelaskan mengapa intensitas emosi saat haid bisa berbeda pada setiap perempuan.
Mengelola Gejolak Emosi: Peran Gaya Hidup Sehat
Sahabat Fimela, mengelola emosi berlebihan saat haid bisa dimulai dengan perubahan gaya hidup. Pendekatan ini merupakan langkah pertama yang direkomendasikan untuk mengurangi gejala PMS dan PMDD. Dengan menerapkan kebiasaan sehat, Anda dapat membantu menstabilkan suasana hati dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
Olahraga teratur adalah kunci. Aktivitas fisik, terutama latihan aerobik, dapat melepaskan endorfin, hormon yang dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi stres, kecemasan, serta iritabilitas. Berolahraga setidaknya 30 menit hampir setiap hari, termasuk yoga dan meditasi, terbukti efektif mengurangi gejala PMS. Selain itu, tidur yang cukup, sekitar 7-8 jam setiap malam, sangat penting untuk menjaga keseimbangan hormon dan suasana hati, terutama seminggu atau dua minggu sebelum menstruasi.
Pola makan sehat juga berperan besar. Hindari makanan tinggi gula, lemak, dan garam yang dapat memperburuk suasana hati. Sebaliknya, konsumsi makanan seimbang kaya buah, sayuran, dan biji-bijian utuh. Beberapa nutrisi penting meliputi:
- Kalsium dan Vitamin D: Suplemen kalsium (1200 mg per hari) telah terbukti membantu mengurangi perasaan sedih, mudah tersinggung, dan cemas terkait PMS. Sumbernya termasuk susu, yogurt, keju, sayuran hijau, dan sereal yang diperkaya.
- Vitamin B6: Dapat membantu mengurangi depresi dan iritabilitas. Sumbernya termasuk ikan, ayam, pisang, biji-bijian utuh, telur, dan kacang-kacangan.
- Magnesium: Dapat membantu meredakan kembung dan meningkatkan suasana hati. Sumbernya termasuk kacang-kacangan, biji-bijian, dan sayuran hijau.
- Asam Lemak Omega-3: Ditemukan dalam ikan berlemak (salmon, makarel), biji chia, dan kenari, mendukung kesehatan otak dan mengurangi iritabilitas.
- Karbohidrat Kompleks dan Serat: Biji-bijian utuh dan ubi jalar dapat menstabilkan kadar gula darah, mengurangi iritabilitas dan perubahan suasana hati.
- Hindari kafein dan alkohol yang dapat memperburuk perubahan suasana hati dan gejala PMS lainnya.
Manajemen stres melalui teknik seperti meditasi, yoga, dan latihan pernapasan dalam dapat menenangkan pikiran dan tubuh. Terapi bicara atau dukungan emosional dari teman dan keluarga juga dapat membantu. Mindfulness-based Cognitive Behavioural Therapy (MCBT) sangat efektif dalam mengurangi suasana hati rendah, kecemasan, dan iritabilitas terkait siklus menstruasi.
Kapan Perlu Bantuan Medis? Pilihan Intervensi dan Terapi
Jika perubahan gaya hidup tidak cukup untuk mengatasi emosi berlebihan saat haid, Sahabat Fimela tidak perlu ragu mencari bantuan profesional. Ada berbagai pilihan intervensi medis dan terapi alternatif yang dapat dipertimbangkan bersama dokter atau psikolog. Kondisi seperti PMDD, yang gejalanya sangat intens dan mengganggu kehidupan sehari-hari, mungkin memerlukan penanganan medis lebih lanjut.
Salah satu opsi medis adalah penggunaan antidepresan, khususnya Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) seperti fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil), dan sertraline (Zoloft). SSRIs adalah pengobatan lini pertama untuk PMS parah atau PMDD, terutama untuk gejala suasana hati, dan dapat diminum setiap hari atau hanya selama dua minggu sebelum menstruasi. Kontrasepsi hormonal, seperti pil KB, juga dapat membantu mengatur kadar hormon dan meredakan gejala PMS dengan menstabilkan hormon.
Terapi perilaku kognitif (CBT) juga terbukti sangat efektif. CBT berfokus pada koreksi pikiran, perilaku, dan emosi yang mengganggu, serta membantu mengembangkan strategi koping untuk meningkatkan kualitas hidup. Beberapa penelitian menunjukkan CBT sama efektifnya dengan fluoxetine dalam mengobati PMDD. Selain itu, suplemen herbal tertentu seperti Chasteberry (Vitex agnus-castus) telah menunjukkan efektivitas untuk PMS dan PMDD, meskipun beberapa herbal lain seperti Evening Primrose Oil dan St. John's Wort memiliki bukti ilmiah yang terbatas.
Akupunktur juga dapat menjadi pilihan terapi alternatif. Praktik ini melibatkan penusukan jarum tipis ke titik-titik tertentu di tubuh untuk meningkatkan aliran darah dan mempromosikan proses penyembuhan alami. Analisis uji coba terkontrol secara acak menunjukkan bahwa akupunktur menjanjikan untuk meredakan gejala PMS. Penting untuk mencatat gejala selama beberapa siklus menstruasi guna mengidentifikasi pemicu dan waktu munculnya gejala, sehingga strategi penanganan dapat disesuaikan secara personal.