Sukses

Entertainment

Eksklusif: Doea Tanda Cinta, dari Fedi Nuril untuk Almarhum Ayah

Fimela.com, Jakarta Cinema 8 dan Benoa merilis film 'Doea Tanda Cinta', 21 Mei 2015. Film yang dibintangi oleh Fedi Nuril mengisahkan kehidupan Taruna Militer baik dari segi pendidikan dan cinta. Demi film ini Fedi real dituntut latihan ala militer.

Bagi orang sipil pelatihan tentara jelas bukan pelatihan yang mudah untuk dijalani. Rupanya Fedi punya motivasi khusus saat menerima tawaran bermain di film ini. Demi mimpi Ayahnya yang telah tiada Fedi siap menjalani kehidupan disiplin dan tegas khas militer.

Seperti apa ceritanya? Simak dalam wawancara eksklusif bersama Bintang.com di SCTV Tower, Selasa (19/5) berikut ini.

Adegan Fedi Nuril dalam film 'Doea Tanda Cinta'. Foto: Instagram

Peran kamu di film ini?

Aku berperan sebagai Bagus dengan satu adik dan ibu yang bekerja sebagai laundry kiloan. Di kampung dia selalu belain kampung dari preman. Dia nggak suka kalau ada pakai seragam tentara. Ibunya menyindir kalau menurut kamu nggak ada tentara yang bener, ya kamu aja jadi tentara.

Sejak saat itu selalu kepikiran. Akhirnya masuk ke Akmil. Selama di Akmmil juga merasakan cinta. Lalu masuk pasukan khusus. Disitulah Bagus mulai berjuang untuk cinta dan kedaulatan negara.

Kok mau terima tawaran main jadi tentara?

Awalnya diajak bingung kok saya yang kurus diajak. Ternyata taruna secara postur memang mirip dengan aku. Senang banget ditawari karena ayahku dulu tentara.

Fedi Nuril jadi TNI di film Doea Tanda Cinta. Foto: Youtube

Jadi film ini untuk Ayah?

Biasanya keluarga militer anak-anak ikut ke militer juga. Sayangnya mataku minus jadi gak bisa ikut tes Akmil dulu. Kesempatan lewat film ini kayak membayar ke bokap gue. Setidaknya jika tidak dalam kehidupan nyata lewat film ini bisa aku persembahkan untuk bokap.

Fedi Nuril Dalami Militer Demi 'Doea Tanda Cinta'

Kesan selama syuting?

dari waktu latihan itu sudah berkesan. saat pelatih ngarahin nembak, halang rintang, baris berbaris bisa melakukan dengan cepat. Mungkin inilah darah militer yang dialirkan ayahku ke aku.

Ngerasa kangen ayah selama syuting?

Banget. Selama latihan berat itu yang aku bayangkan wah dulu ayahku seberat ini latihannya. Semakin sayang. Ayah meninggal saat aku kelas 5 SD. Jadi belum banyak kenangan. Syuting ini kayak mengingatkan aku pada Ayah. Meskipun Magelang panas, gue enjoy banget. Pas syuting selesai sedih beneran. Rasanya kayak ninggalin ayah.

Foto profil Fedi Nuril (Fathan Rangkuti/bintang.com)

Pengalaman lucu?

Yang paling lucu perjalanan pendidikan di Akmil kan empat tahun. kita syutingnya nggak urut. Pas kita jadi senior, junior akan memberi hormat. Nah, besoknya jadi senior lupa nggak ngasih hormat ke senior.

Karakternya masih nempel sampai sekarang?

Sampai sekarang masih kebawa, dari postur bongkok jadi tegap. Gue paling kaget karena taruna itu lebih rapi dari housekeeping hotel. Tujuannya kalau ada serangan menddak bisa rapi tanpa bahkan dalam gelap. Itu nilai plus sayang aja kalau selesai syuting hilang jadi dilanjutin sampai sekarang.

Karena Cinta, Semangat Patriotisme Fedi Nuril Tergerak

Repot nggak mendalami karakter tentara?

Untuk pendalaman fisik itu penting. Postur harus ok, dikit-dikit lari. Taruna itu dikit-dikit lari. Lari itu murah tapi bisa melatih mental juga. Susah untuk berlari tanpa berhenti satu detikpun dan jaraknya naik dari waktu ke waktu. Push up ngepal sampai dapat cincin akademi. Jadi sampai bolong tangan karena dipakai untuk push up jam 12 siang di aspal panas.

Pas di Akmil kalau penonton mengira kaku itu wajar, karena tahun awal dan aku juga baru dilatih. tapi pas sudah masuk pasukan khusus itu beda benar. Mengabungkan beberapa prosedur tanpa ragu-ragu itu yang sulit. Gimana mengganti senapan laras panjang habis peluru ganti pistol, lalu pistol habis ganti senjata lagi itu harus cepat banget. Beberapa kali take nggak dapat-dapat cepetnya.

Foto profil Fedi Nuril (Fathan Rangkuti/bintang.com)

Nggak sampai titik lelah dan nyerah?

kalau dipikir berat dan capek tenaga habis untuk ngangkat gelas kopi aja gemeteran. Karena tenaga nggak terus ada. Tapi cintaku pada Ayah menguatkanku.

Pesan film ini?

AKMIL itu bisa jadi referensi buat kalian yang baru lulus SMA. Ini sekolah lengkap dari fisik gak kuat pasti out. kalau nggak pinter pasti nggak lulus.

Film ini ngasih sudut pandang dan tema yangn berbeda. Supaya masyarakat lebih peduli dan percaya diri untuk memperjuangkan negaranya, nggak perlu galau-galauan lagi. Aku dukung banget kalau ada wajib militer. daripada pada galau. Anak muda itu penerus bangsa.

Film Bagi seorang Fedi Nuril?

Film bagi aku untuk hiburan. sekejab melepas penat sehari-hari. Menurut aku film juga sumber untuk mencari ide. Makanya nggak mau sembarangan milih film. Amerika sudah menjadikan film sebagai media propaganda. Itu benar, dan Indonesia masih membenahi itu.

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading