Sukses

FimelaMom

Peran Orang Tua Menghadapi Ancaman Polusi Udara dan Asap Rokok

Fimela.com, Jakarta Tahukah Moms, bahwa setiap nafas yang dihirup si kecil bisa membawa risiko kesehatan? Meski tak selalu terlihat pencemaran lingkungan yang terjadi bisa di dalam maupun luar ruangan. Sumbernya sangat beragam, mulai dari pembakaran sampah, emisi industri, asap kendaraan bermotor, dan lain-lain.

Meski tampak sepele, polusi udara bisa menjadi ancaman serius bagi kesehatan keluarga, terutama sejak dalam kandungan hingga masa kanak-kanak. Anak-anak lebih rentan karena sistem pernapasan mereka belum sempurna, dan aktivitas mereka yang banyak dilakukan di luar ruangan.

Dampaknya bisa memengaruhi berbagai organ tubuh, mulai dari paru-paru, jantung, hingga sistem saraf. Anak-anak yang terpapar polusi udara berisiko mengalami asma, gangguan perkembangan otak, penurunan fungsi kognitif, bahkan penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi. Ini bukan hanya soal napas, tapi soal masa depan mereka.

dr. Cynthia Centauri Sp.A(K), Subspesialis Respirologi Anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menegaskan bahwa paparan polusi sejak dini dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang anak. 

“Setiap hari, 93% anak usia kurang dari 15 tahun bernapas dengan udara berpolusi, yg meningkatkan risiko gangguan kesehatan & tumbuh-kembang,” ujar dr. Cynthia Centauri Sp.A(K).

Mengapa Anak Lebih Rentan terhadap Polusi?

Anak-anak lebih rentan karena paru-paru mereka masih berkembang dan posisi tubuh mereka lebih dekat ke permukaan tanah atau tempat polusi berkumpul. Polusi udara pada anak dinilai lebih besar dibandingkan pada orang dewasa karena beberapa faktor:

Paru-paru anak masih berkembang 

Organ pernapasan anak belum matang sepenuhnya, sehingga lebih sensitif terhadap zat beracun yang terbawa oleh udara tercemar.

Anak menghirup lebih banyak udara per-kilogram berat badan

Karena metabolisme yang lebih tinggi, anak-anak menginhalasi udara berpolusi 2 - 3 kali lebih banyak dibandingkan orang dewasa.

Tinggi badan anak lebih rendah 

Posisi tubuh anak yang lebih dekat ke permukaan tanah membuat mereka lebih mudah terpapar polutan yang mengendap di area rendah, seperti asap kendaraan dan partikel halus (PM2.5).

Aktivitas luar ruangan yang tinggi 

Anak-anak cenderung bermain di luar rumah, terutama di taman, jalanan, atau area publik yang berisiko tinggi terhadap paparan polusi udara.

Dampak polusi udara terhadap perkembangan anak, yaitu:

Gangguan Perkembangan Neurologis 

Paparan polusi udara sejak dini telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan perkembangan seperti autism spectrum disorder (ASD) dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Zat-zat berbahaya seperti PM2.5, NOx, dan karbon monoksida dapat menembus sawar darah-otak yang mengganggu fungsi otak anak.

Penurunan Prestasi Akademik

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tinggal di area dengan lalu lintas padat dan tingkat polusi tinggi, cenderung mengalami penurunan performa prestasi akademik.

Risiko Obesitas 

Emisi lalu lintas, khususnya nitrogen oksida (NOx), berisiko meningkatkan laju pertambahan indeks massa tubuh (IMT) pada anak. Polusi udara dapat memengaruhi metabolisme dan hormon pengatur nafsu makan, sehingga meningkatkan risiko obesitas sejak usia dini. 

Seorang ibu hamil yang merokok bisa menyebabkan risiko stunting pada anak, berat badan bayi rendah, dan bisa melahirkan secara prematur. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai orang tua untuk memahami bahaya merokok dan polusi udara untuk melindungi buah hati.

Dampak Polusi Udara dan Rokok Selama Kehamilan

Bayi Berat Lahir Rendah (VLB)

Paparan polusi udara seperti PM2.5 dan NO2 selama kehamilan dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi ke janin, sehingga bayi berisiko lahir dengan berat badan rendah.

Kelahiran Prematur

Zat beracun dari polusi dan asap rokok dapat memicu peradangan dan gangguan fungsi plasenta, yang mempercepat proses persalinan sebelum waktunya.

Gangguan Fungsi Plasenta

Polutan dapat menembus sawar plasenta dan mengganggu aliran darah serta pertukaran nutrisi dan oksigen antara ibu dan janin.

Risiko Stunting dan Gangguan Tumbuh Kembang

Ibu hamil yang merokok atau terpapar asap rokok berisiko melahirkan anak dengan gangguan pertumbuhan, termasuk stunting dan keterlambatan perkembangan.

Risiko Gangguan Neurokognitif 

Paparan polusi udara selama kehamilan juga dikaitkan dengan peningkatan risiko autisme (ASD) dan hiperaktif (ADHD) pada anak.

Mengetahui dampak serius ini, orang tua harus mengambil peran aktif (agent of change) dalam memitigasi risiko polusi dan asap rokok pada lingkungan. Polusi udara hanya dapat dikurangi bila kita sebagai pelaku sadar akan lingkungan sekitar dan masa depan yang harus dijaga.

Dr. dr. Piprim B Yanuarso, Sp.A(K), selaku Ketua Umum Pengurus Ikatan Dokter Anak Indonesia, menyatakan bahwa IDAI mendorong pemerintah untuk mengendalikan emisi kendaraan dan menetapkan kawasan bebas rokok di lingkungan dan tempat bermain.

“Pada intinya IDAI sangat konsen pada asap rokok untuk pertumbuhan anak, IDAI juga mendorong pemerintah untuk mendorong emisi kendaraan dan melarang merokok di lingkungan dan tempat bermain," ujar Dr. dr. Piprim B Yanuarso, Sp.A(K).

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Sebagai orang tua, kita memiliki peran penting dalam melindungi anak dari paparan polusi udara. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah memilih moda transportasi yang lebih ramah lingkungan, seperti berjalan kaki, bersepeda, atau menggunakan kendaraan umum jika memungkinkan. Selain mengurangi emisi, ini juga menjadi contoh nyata bagi anak tentang gaya hidup yang peduli lingkungan.

Saat beraktivitas di luar ruangan, pastikan untuk memantau kualitas udara melalui aplikasi resmi pemerintah. Jika indeks kualitas udara menunjukkan tingkat polusi tinggi, sebaiknya batasi aktivitas luar dan gunakan masker N95 untuk perlindungan ekstra. 

WHO mencatat bahwa anak-anak di atas usia 3 hingga 5 tahun sudah dapat menggunakan masker sebagai perlindungan dari polusi udara. Namun, kenyataannya, banyak anak usia di atas 5 tahun yang masih merasa tidak nyaman mengenakan masker dalam waktu lama. 

Moms, perlu dicatat salah satunya yaitu menghindari berjalan kaki di area dengan tingkat polusi tinggi, terutama saat jam sibuk atau musim kemarau. Gunakan kendaraan tertutup seperti mobil pribadi atau transportasi umum ber-AC untuk mengurangi paparan langsung terhadap udara tercemar.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading