Sukses

Lifestyle

Cantik dan Elegannya Rawdah Mohamed, Model dan Editor Vogue Berhijab yang Menginspirasi

Fimela.com, Jakarta Perempuan bisa menginspirasi banyak orang dari segala hal, salah satunya adalah dari hijab dan gaya berbusana yang ia tampilkan. Itu pula yang dibawa oleh Rawdah Mohamed ketika namanya melejit karena menjalani profesi model sekaligus editor Vogue Skandinavia pertama yang muslim dan berhijab. Tapi kiprah perempuan asal Somalia yang besar di Norwegia ini tidak sampai di situ saja.

Sebagai perempuan muslim berhijab dengan kulit berwarna gelap, ada banyak tantangan yang harus ia hadapi sehingga bisa menjadi salah satu perempuan berhijab paling berpengaruh saat ini. Rawdah yang lahir di Somalia menjadi sasaran perundungan terkait rasisme, pelecehan dan intimidasi oleh anak-anak seusianya di sekolah saat dia dan keluarganya pindah ke desa kecil di Norwegia. Namun itu tak menjadikannya 'kalah'.

Pernah bekerja jadi petugas kesehatan sebelum jadi model

Sebelum memulai karir di dunia modelling, Rawdah tumbuh menjadi perempuan cerdas dan menjalani pekerjaan sebagai petugas kesehatan profesional yang menangani anak-anak penderita autisme. Ia juga pernah bekerja sebagai analis perilaku yang menangani orang-orang cacat mental. Tapi ternyata bakatnya sebagai model tidak ia sia-siakan.

Ia dikenal karena gaya berbusananya yang unik dan nyentrik. Rawdah mengejar karir sebagai model internasional dengan street style di Oslo Fashion Week tahun 2019, dari situlah pintu kesempatan modeling terbuka lebar. Meski demikian, jalan menapaki karir sebagai model juga tidak mulus baginya.

Berjuang di dunia fashion dengan identitasnya

"Saya benar-benar ingin [fashion] menjadi tempat di mana saya bisa menjadi diri saya sendiri dan semua orang menerima saya apa adanya,” ujarnya seperti dilansir dalam Vogue.com.

“Saya sangat sedih saat menyadari bahwa, tidak, ini adalah tempat di mana saya masih harus berjuang untuk menjadi diri saya sendiri dan bisa bebas berpakaian sesuka saya dan berpenampilan sesuka saya,” lanjutnya.

Industri yang terkenal keras dalam aspek persaingan ini membuatnya harus menghadapi berbagai macam penghinaan dan penolakan. Bahkan ia mengungkapkan bahwa kliennya ragu-ragu memberinya kesempatan untuk tampil di Paris Fashion Week karena kemarahan dan reaksi keras dari politisi Prancis yang melarang pemakaian hijab. Namun sebagai pribadi yang berani dan percaya diri, Rawdah yang juga mengembangkan dirinya sebagai aktivis dan social media influencer, tidak tinggal diam dengan reaksi tersebut.

Menjadi unik karena penampilan dan keyakinannya

“Saya tidak pernah menyukai gagasan harus menyesuaikan cara saya berbicara atau penampilan hanya karena hal itu membuat orang lain tidak nyaman,” ungkapnya. "Saya terus memakainya, itu menjadi perisai dan sesuatu yang saya banggakan.”

Ia menjelaskan bahwa ia benar-benar menggunakan penampilannya sebagai identitas bahwa ia seorang perempuan muslim yang memakai hijab, menyukai mode, berhak berpakaian seperti yang ia yakini, dan dunia harus menghadapi bahkan menerima hal itu seperti ia menerima orang lain dengan segala ragam penampilannya.

Justru karena keberanian yang ditunjukkan Rawdah itulah yang patut dijadikan teladan bahwa toleransi memang sebaiknya dibangun, bukan hanya untuk saling menghormati cara setiap orang berpakaian tapi juga keyakinan yang dianut.

#Unlocking The Limitless

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading