Sukses

Parenting

Cegah Stunting Pada Anak dengan Cara Ini

Fimela.com, Jakarta Anak adalah anugerah terindah bagi pasangan suami istri. Saat hamil, orangtua berharap anak lahir dengan keadaan sempurna dan sehat tanpa kekurangan apapun. Namun, kita hanya manusia yang tidak bisa memprediksi kejadian apa yang akan terjadi, termasuk anak lahir dengan keadaan stunting. Apa itu?

Stunting adalah kondisi di mana anak lahir dengan gizi buruk. Mereka lahir dalam keadaan tubuh yang lebih pendek dan kecil dibandingkan bayi normal pada umumnya. Hal ini menandakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan mereka terhambat. Kasus stunting telah dialami oleh anak di segala penjuru dunia, termasuk Indonesia. Ini dikarenakan kondisi ibu saat hamil yang kurang memerhatikan pemenuhan nutrisi, sehingga anak lahir dengan kekurangan gizi dan mineral penting seperti vitamin, protein, karbohidrat, zat besi, dan sebagainya. 

Idealnya, manusia membutuhkan asupan makanan seimbang untuk berkembang. Ini mencakup perkembangan kemampuan kognitif, kesehatan mental, hingga perkembangan fisik. Sementara jika seorang anak lahir dengan keadaan gizi tak seimbang, maka ia akan berisiko terhambat pertumbuhannya. Jangan pernah meremehkan kondisi stunting pada anak, sebab jika dibiarkan akan berdampak lebih besar dari yang dibayangkan. Walaupun stunting adalah kondisi yang tidak diprediksi, bukan berarti tidak bisa dicegah dan ditangani. Baca di bawah ini untuk selengkapnya. 

Bagaimana cara mencari tahu anak terkena stunting?

Pada dasarnya, stunting adalah kondisi anak dengan kekurangan gizi. Menurut WHO, stunting pada anak terlihat sejak 1.000 hari awal kehidupan hingga umur dua tahun. Ini berarti dimulai sedari masa pembuahan saat masih berada di dalam kandungan sang ibu. Sudah pasti mereka akan terlihat lebih kecil dan kurus dibandingkan anak-anak seusianya. Namun ada satu gejala yang sangat umum terlihat pada anak yang terkena stunting, yakni tinggi badan yang di bawah rata-rata normalnya. 

Pasalnya, stunting kerapkali disamakan dengan kondisi anak lahir dalam tinggi badan yang pendek karena turunan orangtua. Tentu kedua hal tersebut adalah berbeda. Untuk memperkuat gejala stunting, ada beberapa tanda selain tinggi badan anak yang kurang dari rata-rata normal, yaitu:

  • Berat badan rendah yang tidak sesuai dengan umur anak
  • Keterlambatan perkembangan kognitif anak
  • Rentan terhadap penyakit menular
  • Kurangnya respon komunikasi

Cara pencegahan stunting

Setiap penyakit pasti ada cara penyembuhannya masing-masing, termasuk stunting. Jika hanya menerima dengan ikhlas tetapi tetap diabaikan saja maka itu akan memperburuk kondisi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencegah anak terkena stunting, sebagai berikut.

Perhatikan pemenuhan nutrisi kehamilan sang ibu

Seperti yang sudah diketahui bahwa kondisi stunting terjadi sekitar 1.000 hari awal kehidupan anak, ini menunjukkan bahwa pola kehamilan ibu memberikan pengaruh besar pada tumbuh kembang janin. Saat hamil, banyak sekali hal-hal yang harus perhatikan demi menunjang pertumbuhan janin di dalam kandungan. Salah satunya adalah mengonsumsi makanan bergizi.

Melansir dari Healthline, kondisi ibu hamil yang kekurangan gizi dapat menyebabkan komplikasi terkait kehamilan. Ini mencakup pertumbuhan janin yang buruk, berat badan bayi yang rendah, hingga penurunan berat badan sang ibu yang drastis. Tak terkecuali perkembangan mental dan kognitif anak yang rendah. Alhasil akan berisiko terkena stunting.

Maka dari itu, stunting bisa dicegah dimulai dari pola makan sang ibu yang sehat dan pemenuhan nutrisi yang cukup setiap hari. Jangan lupa untuk rutin mengonsumsi susu khusus ibu hamil untuk memberikan nutrisi tambahan kepada janin di dalam kandungan. 

Pengecekan kesehatan secara berkala

Saat masa kehamilan, ibu membutuhkan perawatan ekstra untuk memastikan janin di dalam kandungan berkembang dengan baik. Melakukan check up ke rumah sakit secara berkala untuk melihat pertumbuhan berat badan sang buah hati. Rutin memeriksa kandungan juga bisa melacak kondisi kesehatan mereka. Alat-alat di rumah sakit bisa mendeteksi penyakit atau kondisi yang dialami janin, termasuk pertumbuhan bayi yang terhambat.

Pemberian ASI yang optimal

Pemberian ASI eksklusif biasa dilakukan selama minimal 6 bulan umur anak. Sementara disarankan untuk berhenti ketika anak sudah menginjak umur 2 tahun. Pada dasarnya,  ASI memiliki manfaat yang sangat baik untuk bayi. Melansir dari Cleveland Clinic, ASI memiliki kandungan vitamin, mineral, dan antioksidan yang berguna untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan nutrisi anak, sehingga bisa mengurangi risiko stunting. 

Bagi sebagian ibu mungkin akan memaksimalkan anak untuk mengonsumsi ASI hingga umur 2 tahun. Sementara tidak sedikit pula yang beralih menyapih ketika sudah 6 bulan, lalu dikombinasikan dengan makanan lunak. Hal ini dilakukan agar anak terbiasa dengan makanan padat dan tidak akan kaget jika sudah berhenti minum susu dari payudara sang ibu.

Tinggal di lingkungan yang bersih

Selain karena gizi buruk, stunting juga disebabkan karena kurangnya sanitasi yang layak, air bersih yang terbatas, dan hidup di lingkungan yang kotor. Penyebab utama seseorang terkena penyakit adalah bakteri dari lingkungan yang tercemar. Sama halnya dengan stunting. Anak yang tinggal di daerah tercemar seperti berdekatan dengan TPA ataupun kondisi rumah yang tidak pernah dibersihkan akan meningkatkan risiko terhambatnya pertumbuhan. Melihat kondisi seperti ini, air minum yang bersih, sanitasi yang layak, serta pengelolaan limbah padat yang tepat adalah kunci dari hidup dalam lingkungan sehat. 

 

*Penulis: Balqis Dhia.

#Breaking Boundaries

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading