Sukses

Parenting

Perlukah Orangtua Terlalu Keras dalam Mendidik Anak? Ini Manfaatnya Pendekatan yang Lebih Empati

Fimela.com, Jakarta Sebagai orangtua pastinya ingin memberikan yang terbaik bagi anak. Namun, terkadang dalam upaya mendidik anak dengan baik, ada kemungkinan sikap kita menjadi terlalu keras. Ketika sikap keras ini berlangsung terus-menerus, tanpa kita sadari sikap tersebut dapat memengaruhi perkembangan emosional dan psikologis anak.

Apa saja tanda-tanda sikap keras yang seharusnya dihindari dalam mendidik anak? Simak penjelasan dibawah ini ya sahabat Fimela.

1. Kritik yang berlebihan

Dilansir dari American Psychological Association (APA), orangtua yang terlalu keras cenderung sering mengkritik anak dengan cara yang kurang membangun. Mereka fokus pada kesalahan dan kekurangan anak, tanpa memberikan pujian atau penghargaan atas prestasi atau upaya yang dilakukan. Hal ini lah dapat membuat anak merasa rendah diri dan kurang percaya diri.

2. Hukuman yang tidak proporsional

Orangtua yang terlalu keras cenderung memberikan hukuman yang tidak sesuai dengan kesalahan yang dilakukan anak. Mereka mungkin menggunakan hukuman fisik atau mengisolasi anak secara berlebihan sebagai bentuk disiplin. Padahal, sikap atau didikan ini justru dapat menyebabkan rasa takut, stres, dan kecemasan pada anak, lho.

3. Kurangnya empati dan pengertian

Orangtua yang terlalu keras sering kali tidak memahami perasaan atau perspektif anak. Mereka tidak memberikan dukungan emosional yang cukup, serta mengabaikan kebutuhan dan keinginan anak. Kurangnya empati ini dapat menghambat perkembangan emosi dan sosial anak.

4. Komunikasi yang buruk

Orangtua yang terlalu keras cenderung memiliki pola komunikasi yang agresif atau dominan. Mereka sering menggunakan kata-kata yang kasar, mengancam, atau memaki anak. Komunikasi yang buruk ini dapat menyebabkan anak merasa takut dan sulit berbicara terbuka.

5. Perfectionisme yang berlebihan

Orangtua yang terlalu keras mungkin memiliki harapan yang tidak realistis terhadap anak. Mereka menuntut kesempurnaan dalam segala hal dan tidak memberikan ruang bagi kesalahan atau kegagalan. Hal ini lah yang dapat memberikan tekanan yang berlebihan pada anak dan menghambat perkembangan kreativitas serta eksplorasi.

Demikian tanda-tanda orangtua terlalu keras pada anak dan dampaknya pada mental anak. Apabila kamu pernah menunjukkan sikap tersebut pada anak, sebaiknya ubah dari sekarang dengan mendidik anak melalui pendekatan yang lebih empatis.

Mendidik anak yang lebih empatis memiliki dampak positif yang signifikan pada tumbuh kembang anak. Berikut ini adalah beberapa manfaat dari pendekatan empatis yang perlu kamu ketahui:

1. Membangun hubungan yang kuat

Dilansir dari Child Mind Institute, pendekatan yang empatis membantu membangun hubungan yang lebih baik antara orangtua dan anak. Selain itu, pendekatan ini mampu membuat anak merasa didengar, dipahami, dan diterima dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Manfaat dari pendekatan empatis

2. Mendorong perkembangan emosi yang sehat

Dengan memberikan dukungan emosional yang cukup, anak dapat mengembangkan keterampilan dalam mengelola emosi mereka dengan baik. Mereka juga dapat belajar untuk mengenali dan mengungkapkan perasaan dengan cara yang sehat.

3. Memupuk kepercayaan diri

Pendekatan yang empatis mampu memberikan anak rasa percaya diri yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan mereka merasa dihargai dan diakui atas usaha dan prestasi mereka, sehingga meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi.

4. Membangun komunikasi yang baik

Dengan komunikasi yang lebih terbuka dan pengertian yang mendalam, anak dapat belajar berkomunikasi dengan baik. Selain itu, mereka juga akan merasa aman untuk berbicara tentang perasaan dan masalah mereka sehingga mendorong mereka untuk lebih terbuka.

5. Mengembangkan kemandirian

Pendekatan yang empatis mendorong anak untuk mengembangkan kemandirian. Dengan memberikan anak ruang untuk bereksperimen, belajar dari kesalahan, dan mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka sendiri, kita sebagai orangtua telah melatih anak untuk lebih mandiri.

 

*Penulis: Amelia Septika

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading