Eksklusif, Ahmad El Jalaluddin Rumi Fokus Bidik Pendidikan

Edy Suherli diperbarui 17 Sep 2015, 08:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Bagi Ahmad El Jalaluddin Rumi pendidikan adalah hal yang utama dalam kehidupan, urusan kafier adalah prioritas selanjutnya. Seperti apa pendidikan dalam pandangan El –begitu ia biasa disapa— dan bagaimana ia membagi prioritas antara pendidikan dan karier?

***

Putra kedua pasangan Ahmad Dhani dan Maia Estianty ini mewarisi bakat seni dari kedua orang tuanya. Kata orang buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya. El bersama kakaknya Ahmad Al Ghazali (Al) dan adiknya Ahmad Abdul Qodir Jaelani (Dul) amat piawai bermusik.

Namun memiki wajah rupawan juga membuat pemuda kelahiran Jakarta, 30 Mei 1999 sempat hilang fokus pada dunia musik. El sempat main dalam sinetron bertajuk Siti Bling Bling. Di sinetron ini ia menjadi pemeran utama bersama Mikha Tambayong, Stefan William, dan Aurelie Moeremans. Selain itu ia juga sempat bermain dalam film Kampung Zombie. “Cita-cita aku sejak kecil memang ingin jadi musisi. Cuma kemarin memang sempat menjajal dunia akting,” akunya.

Baca juga: Eksklusif Ahmad Bersaudara, El dan Dul Usung Musik Nuansa Jadul

 

Iklim kerja syuting sinetron yang menerapkan pola stripping tidak membuat El enjoy. Ia merasa kehilangan teman dan waktu untuk bersosialisasi ketika terperangkap dalam ritme syuting sinetron stripping yang dilakukan hingga larut malam. “Kalau honornya oke, namun sistem kerjanya saja yang aku kurang cocok,” aku El yang happy banget saat menerima honor.

Bagi El, masa SMA adalah masa yang paling indah. Ia tak mau kehilangan masa indah itu saat kelak sudah tamat dan melanjutkan ke bangku kuliah. Ya, seperti anak SMA kebanyakan ia juga suka bolos, melawan guru dan aktivitas lainnya. Makanya ia menolak saat ayah dan  ibunya satu suara meminta dia melakoni home schooling. Karena cara sekolah model itu tak membuatnya enjoy.

 

Soalnya El bukan tipe remaja asosial yang asyik dengan dunianya sendiri. Dia amat memerlukan sosialisasi dan pertemanan. Baginya, teman adalah segalanya. Inilah cerita El kepada Edy Suherli, Galih W. Satria dan Abraham Tyron dari Bintang.com soal  kiprahnya dalam dunia musik, akting serta menuntaskan pendidikan formalnya. Wawancara dan pemotretan dilakukan di kediamannya, di bilangan Pondok Indah, Jakarta Selatan, akhir Agustus 2015 silam.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Stop Syuting demi Pendidikan

Demi menyelesaikan pendidikan El Jalaluddin Rumi menolak tawaran main sinetron kembali. (Fotografer: Galih W. Satria/Digital Imaging: Denty Ebtaviani/Bintang.com)

Usia boleh muda namun cara pandang El terhadap pendidikan jauh lebih dewasa dari usianya kini. Buat dia, suasana sekolah yang berseragam, datang dan pulang dengan teratur juga penting dan perlu dilakoni. Karena itu ia amat menikmati masa-masa indah bersekolah di sekolah menegah atas.

Seperti apa pendidikan menurut Anda?

Pendidikan adalah proses belajar yang bisa dilakukan di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Jadi pendidikan itu tidak sebatas di sekolah. Pendidikan ada di rumah, di jalanan dan di mana saja. Misalnya saya sedang membeli siomay di pinggir jalan, ternyata sang penjual siomay tanpa sengaja memberikan pelajaran saat memberikan pelayanan yang baik kepada pembelinya, itu juga pendidikan. Saat bergaul dengan teman-teman proses pendidikan itu juga bisa terjadi. Di rumah juga bisa terjadi proses pendidikan saat orang tua memberikan wejangan pada anaknya atau mengajarkan sopan santun atau etika. Jadi pendidikan bagi saya lingkupnya sangat luas.

Jadi pendidikan itu penting banget ya?

Oh tentu, dengan pendidikan-lah orang bisa terlihat beda antara orang yang satu dengan yang lain. Bekal pendidikan bisa menjadi modal untuk melakoni kehidupan.

Apa karena itu Anda lalu break dulu syuting sinetron?

Saat aku syuting sinetron tempo hari, urusan sekolah sempat kedodoran banget. Soalnya syutingnya pagi sampai malam. Sempat jalan, namun buat aku itu amat memberatkan. Makanya saat sinetron itu berakhir aku tak mau lanjut dengan proyek sinetron selanjutnya. Aku lebih memilih sekolah dulu. Nanti deh kalau sudah selesai sekolah baru mau main sinetron lagi.

Anda sendiri enjoy tidak syuting sinetron?

Enjoy ya, apalagi pas terima honor, hehehe. Syuting itu membuat hubungan kita dengan keluarga dan  teman enjadi berkurang. Kita sudah seperti tahanan kota, syutingnya dari pagi sampai malam hari. Waktunya habis di lokasi syuting. Mana ada waktu untuk keluarga dan teman-teman kalau sudah main sinetron. Pokoknya kita kurang bersosialisasi deh. Kita hanya berhubungan dengan para pemain dan kru sinetron yang itu-itu lagi.

Tapi kan honornya gede?

Ya lumayanlah, seimbang dengan jerih payah syuting dan menunggu lama di lokasi syuting, hehehe.

Jadi sekarang fokus pada sekolah dulu ya?

Ceritanya sekarang anak sekolahan deh.

Apa saja yang Anda dapatkan di bangku sekolah?

Banyak sekali ya. Yang jelas kita dapat pelajaran yang sudah terjadwal dengan rapi dari pihak sekolah. Pelajarannya banyak banget. Selain itu, kita juga belajar disiplin, belajar etika dengan  guru, kakak kelas, sesama teman  dan adik kelas. Itu semua kita dapatkan di sekolah dan akan berguna untuk kehidupan kita nanti.

Bagaimana Anda membagi waktu antara karier dan urusan pendidikan?

Buat sekarang karena sinetron sudah enggak ada, aku fokus pada sekolah. Yang utama sekarang ya sekolah dulu. Bermusik dilakukan setelah pulang sekolah. Jadwal masuk studio, show atau promosi lagi setelah pulang sekolah. Jadi kami enggak akan bolos sekolah demi job.

Waktu dulu saat masih syuting sinetron seperti apa membagi waktu?

Waduh, sulit banget membagi waktunya. Habis sekolah langsung ke lokasi syuting. Itu sampai malam hari. Kadang-kadang kalau syutingnya molor bisa sampai pagi. Kalau sudah begitu ya izin dong karena ngantuk kalau dipaksakan masuk sekolah. Ya akhirnya berhenti dulu syuting sinetronnya. Salut bagi artis yang bisa syuting sinetron namun masih bisa sekolah normal. Kebanyakan mereka yang syuting sinetron itu home schooling.

Baca juga: El Jalaluddin Rumi Bangga Futsal Bersama Mantan Pemain Timnas

Anda enggak mau menempuh home schooling?

Sebenarnya ayah sama bunda menyarankan aku home schooling. Namun karena akunya enggak suka, ya enggak dijalankan. Soalnya kita engga bisa sosialisasi dengan teman kalau home schooling. Kalau sekolah normal sosialiasinya full. Ada juga eskul (ekstra kurikuler) yang aku suka yaitu futsal. Kalau home schooling mau main sama siapa? Hehehe.  

 

3 dari 3 halaman

Jalan Terus tanpa Kakak El

El Jalaluddin Rumi kembali bermusik, kini akting hanya sebagai selingan. (Fotografer: Galih W. Satria/Digital Imaging: Denty Ebtaviani/Bintang.com)

Selain menekuni kariernya di jagat akting, bakat seni dari kedua orang tuanya mengalir deras pada El. Mulanya ia, kakaknya Al dan adiknya Dul membentuk band The Lucky Laki. Namun seiring dengan kesibukan Al, membuat band mereka vakum. Tak mau terhenti aktifitas bermusiknya El dan Dul kemudian menggagas program berdua dengan nama Ahmad Bersaudara.  

Seperti apa dukungan Ayah dan Bunda soal karier El?

Ayah sama bunda dukung banget apa yang akan kami lakukan. Dan mereka memberikan kebebasan kepada kami untuk berkarya sesuai dengan isi hati dan idealisme kami sebagai musisi. Dulu saat kami masih dalam The Lucky Laki, ayah nungguin banget. Namun sekarang kami sudah diberi kebebasan untuk menentukan judul lagu, warna musik dan lain sebagainya. Initinya sekarang kami lebih bebas berkreasi dalam musik ini.

Seperti apa Anda melihat perubahan sikap ayah yang tadinya mengarahkan banget, namun sekarang memberi kebebasan?

Kami yakin ada maksud tersendiri dari ayah menerapkan cara seperti ini. Tidak mungkin selamanya ayah akan di sisi kami terus. Nah sejak dini dia sudah menyiapkan kami agar bisa mandiri. Nanti saat ayah benar-benar sudah enggak bisa bersama kami, kami sudah bisa benar-benar mandiri alias berdiri sendiri. Jadi begitu yang kami lihat sisi positifnya.

Baca juga: Gara-gara Al Sibuk Nge-DJ, El dan Dul Bentuk Ahmad Bersaudara

Kalau Anda sendiri enaknya model dulu saat masih di The Lucky Laki atau saat sekarang di Ahmad Bersaudara?

Masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya. Namun untuk pendidikan dan jangka panjang lebih suka pada model terakhir. Itu yang membuat kami bisa mandiri ke depan. Cuma model support yang diberikan berbeda. Dulu langsung, sekarang secara tidak langsung.

Sejak kecil apa cita-cita Anda?

Sejak kecil aku pengen jadi musisi, makanya sekarang berusaha on track lagi. Kemarin sempat melirik dunia akting dengan main sinetron. Berikutnya yang utama adalah musik, nanti akting cuma sampingan saja. Soalnya kita kan harus punya cadangan kalau dunia musik ternyata tidak bisa diandalkan. Namun aku yakin dengan dunia musik. Buktinya ayah dan bunda eksis dengan musiknya. Dan masih banyak lagi musisi yang bisa eksis di lewat jalur musik.

Lihat juga: Ahmad Bersaudara Reinkarnasi The Beatles

Ke depan apa lagi yang akan dilakukan?

Sekarang memang cuma fokus di musik dan sekolah saja. Saya dan Dul sedang menggarap lagu dan persiapan untuk album kami dalam format Ahmad Bersaudara.

Apa ada rencana main sisnetron lagi?

Wah belum ada. Aku masih fokus untuk sekolah dan di sela-sela itu bermusik dengan Dul. Itu saja yang menjadi fokus aku untuk saat ini. Kata orang, masa SMA itu masa yang paling indah. Jadi sayang dong kalau dilewatkan  begitu saja.

Apa sih indahnya masa sekolah di SMA?

Mungkin bukan indah, tapi seru. Soalnya masa SMA kita bisa bolos bareng, nakal bareng, dan melawan guru, dan banyak lagi yang membuat kita happy mengenangnya kalau sudah tidak lagi duduk di bangku SMA. Kalau sudah kuliah saat-saat seperti itu  enggak akan pernah dijumpai.

Meski masih duduk di bangku SMA, Ahmad Dhani pelan-pelan sudah mengajarkan kemandirian pada El. Begitu juga saat Bintang.com melakukan wawancara dan pemotretan khusus ini. Ia hanya ditemani seorang manajer dan asisten yang membantu menyiapkan kostum yang akan dikenakan. Seperti pemotretan kali ini yang mengusung tema jadul alias 'jaman dahoeloe' seperti tembang-tembang yang mereka bawakan yang berkiblat pada The Beatles dan Koes Plus.