Kisah Naya, Hanya Berpikir Sedekah Meski Penghasilan Puluhan Juta

Fathan Rangkuti diperbarui 14 Okt 2016, 09:28 WIB

Fimela.com, Jakarta Almeyda Nayara Alzier, bocah perempuan kelas 4 SD ini sepintas terlihat tak berbeda dengan anak lain seusianya. Ia gemar berkutat dengan mainan, ia juga merengek ketika meminta izin dari ibunya untuk bermain dengan kucing peliharaannya. Namun, satu hal yang membuat anak bungsu dari 2 bersaudara ini ‘istimewa’ adalah apa yang dia lakukan dengan akun Instagram @nayaslime18.

Cerita di balik ‘popularitas’ akun @nayaslime18 berawal ketika suatu hari di sekolahnya, Naya, begitu ia biasa disapa, bertemu salah seorang kakak kelas yang membawa mainan kenyal seperti jelly bernama slime. Rasa ingin tahunya membuat Naya penasaran, “apa sih benda itu?”. Rupanya, perkenalan pertama Naya dengan slime membuatnya langsung jatuh cinta.

Berbekal pengetahuan tentang alat, bahan, serta cara pembuatan slime yang dia dapat dari YouTube, Naya meminta uang kepada ibunya untuk membeli semua yang dibutuhkan. Bermodalkan Rp50.000,- Naya membuat slime pertamanya. Namun percobaan pertamanya ketika itu gagal.

Tak menyerah pada kegagalan, Naya justru malah semakin merasa tertantang. Ia terus mencoba meski sang ibu tak menyukai apa yang ia lakukan. “Naya beberapa kali minta uang 50 ribu, bilang buat ke toko buku, ke supermarket, beli bahan slime itu. Saya pikir, ‘dia ngapain?’ deterjen dicampur dengan lem, rumah berantakan, bahan-bahan berserakan. Ngapain buang-buang uang?”, kisah sang Ibu. “Saya omelin, dia buatnya ngumpet-ngumpet di kamar mandi”, lanjutnya seraya tertawa.

Kesukaan Naya pada slime rupanya tak mati oleh larangan ibu. Ia justru memberi pengertian tentang slime, mainan yang disebutnya “sedang tren” itu. Lama-kelamaan, hati sang ibu luluh juga melihat buah hatinya tekun mencoba meski kegagalan berkali-kali dirasakannya.

Percobaan bisnis slime ini pun dimulai dari sekolah. Pada suatu kegiatan, Naya menjajakan slime buatannya untuk pertama kali. Di luar dugaannya dan sang ibu ketika itu, slime Naya yang dijual Rp8.000,- /cup laris keras. Ketika ditanya kenapa ia memilih slime untuk dijual, jawabannya sederhana, mencerminkan keluguan dan kekanak-anakannya, “karena lucu aja, aku suka”.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Dari Entrepreneur Day di Sekolah sampai Online Shop di Instagram

Almeyda Nayara, gadis kecil berusia 8 tahun di balik kesuksesan akun @nayaslime18. (Foto: bintang.com/Galih W. Satria)

Sekolah Naya rutin mengadakan entrepreneur day setiap bulan. Diakui sang ibu, putrinya selalu berpikir kreatif setiap menjelang entrepreneur day tersebut. Ia selalu ingin menjual sesuatu yang berbeda dari teman-temannya.

Mama, sudah menyadari bakat wirausaha di diri Naya sejak kapan?

“Awalnya memang karena entrepreneur day. Sekolah Naya mengadakan kegiatan itu setiap bulan. Murid-murid diminta untuk menjual barang apapun. Dari situ, Naya selalu sibuk mencari-cari barang yang unik untuk dijual. Awalnya, Naya menjual alat tulis. Saya lihat dia anaknya nggak maluan. Bahkan berbeda dengan saya dulu yang sempat merasa malu ketika ibu saya berbisnis tas. Kalau Naya nggak malu.”

Bakat seperti apa sih yang Mama tangkap dari Naya?

“Saya lihat Naya punya semangat, anaknya ulet. Mau terus coba walau gagal berkali-kali. Bahkan waktu saya larang, dia lebih memilih ngumpet-ngumpet di kamar mandi. Nggak gampang putus asa. Kalau barang jualannya sisa karena waktu habis, teman-temannya biasanya hanya ‘ya sudah’ pasrah, kalau Naya barang jualannya nggak habis, dia jualan keliling di kelas. Kalau temannya minta diskon, dia kasih diskon. Pokoknya dia mau setiap jualan, barang dagangannya habis.”

Atas dasar apa Naya mau menjajakan keliling kelas dan rela memberi diskon? Apakah sudah memperhitungkan untung rugi?

“Enggak, Naya kasih diskon karena teman aja. Soalnya kata guru Naya, kalau ada teman yang baik ke kita, harus dibalas baik lagi.”

Adakah minat Naya yang lain selain bisnis slime?

“Naya senang menggambar, dia senang dengan warna warna. Saya daftarkan dia di tempat les untuk menyalurkan hobi itu sekaligus mengasah kemampuan gambarnya. Saya lihat dia cenderung ke bidang seni. Saya harap dengan les itu bakatnya dapat berkembang."

Kembali ke soal slime, bagaimana awal muncul ide menjual slime buatan Naya di Instagram?

“Awalnya karena aku lihat orang-orang punya olshop, lalu aku mau punya juga. Aku minta buatin sama abang akun instagramnya. Waktu itu aku mau buat namanya ada 18-nya, biar kayak tanggal lahir aku, 18 April. Followers aku awalnya cuma 12, isinya saudara-saudara. Terus aku minta temen aku promosiin IG aku, jadi tambah banyak, tambah banyak, tambah banyak. Aku juga bingung gimana bisa.”

Waktu followersnya 12, Naya sudah jualan slime?

“Belum. Waktu itu baru ngenalin soal slime. Aku foto aja. Aku juga belum bisa ngirim-ngirim ke daerah-daerah, jadi yang bisa beli cuma temen-temen aku aja.”

Apa yang Naya lakukan untuk menjual slime itu?

“Dia ngerekam video slime, terus di caption-nya ditulis harga sama keterangan barangnya. Semua atas inisiatif dia sendiri. Saya juga awalnya marah liat dia jualan lem, jualan glitter di instagramnya. Tapi dia bilang, ‘biar jualannya makin laku, nggak cuma di sekolah aja.’”

Siapa sih yang menginspirasi Naya untuk berbisnis seperti ini?

“Kalau warna-warna slime yang aku buat, aku sering liat instagramnya Dian Pelangi. Aku lihat warna-warna kerudungnya bagus, jadi aku terapkan ke slime yang aku buat. Dian Pelangi kan sempat identik dengan paduan warna di jilbabnya, jadi aku juga sempat buat rainbow slime.”

Sekarang masih buat?

“Enggak, karena ternyata kalau terlalu banyak pewarna jadi cepat cair.”

Lalu untuk produksi dan quality control, apa Naya melakukannya sendiri?

“Sekarang dia dibantu oleh 8 orang 'mbak'-nya untuk mengolah bahan-bahan, tapi kuncinya tetap di Naya. Sekali bikin slime bisa sampai 10 kg, bisa jadi beberapa ratus cup. Tangan kecilnya belum mampu untuk mengerjakan sendiri. Tapi untuk takaran dan finishing tetap di Naya. Dia yang menilai slimenya sudah layak dijual atau belum.”

Setiap berapa lama biasanya Naya membuat slime?

“Saya memperbolehkan Naya bereksperimen membuat slimenya hanya di Sabtu-Minggu. Tapi kadang, tergantung mood dia juga. Misal dia habis terima komen kasar di instagram yang bilang slime Naya jelek dan semacamnya, dia bisa ngambek dan nggak mau buat slime. Kalau stoknya habis, kita terpaksa close order sementara.”

3 dari 3 halaman

Menyumbangkan Hasil Jualannya untuk Bersedekah

Almeyda Nayara, gadis kecil berusia 8 tahun di balik kesuksesan akun @nayaslime18. (Foto: bintang.com/Galih W. Satria)

Di antara ratusan ribu followers instagramnya, tidak semua menanggapi apa yang Naya lakukan dengan positif. Tak jarang, Naya menerima cibiran tentang sedekah yang menurut mereka 'dipamerkan'. Naya belum paham benar bagaimana harus menghadapinya. Sang ibu lah yang berusaha memberinya pengertian untuk memahami 'keras'-nya media sosial.

Lalu apa yang Naya juga mama lakukan untuk menghadapi followers yang seperti itu?

“Saya sering nemuin dia nangis di kamar sambil megang handphone, biasanya saya tanya kenapa? Ternyata karena habis dikatain di Instagram. Dia sering shock, tapi saya bilang, jangan diambil hati, mereka kan nggak tau kamu.”

Apa sisi positif yang Mama temukan dalam kegiatan wirausaha slime Naya ini?

“Saya melihat ini sangat positif. Dibanding dia main gadget, di sini dia bisa berkreasi, kreativitasnya terasah. Dari situ saya support dia untuk mengembangkan bisnisnya. Mengingat dia masih muda dan belum banyak mengerti soal bisnis. Misal; ketika mau bazaar, saya cari info ke pengelola. Penghasilannya dari berjualan slime juga saya yang atur.”

Katanya, di awal Naya berbisnis slime ini, uang hasil jualannya ia sumbangkan untuk TPA belakang rumah?

‘Iya. Benar. Jadi waktu itu, guru ngaji yang biasa datang mengajar Naya dan abangnya di rumah berhalangan hadir. Karena absen cukup lama, saya minta Naya untuk mengaji di TPA belakang rumah. Sekembalinya dari sana Naya bilang ingin memberikan teman-teman TPA-nya iqra baru. Katanya dia melihat iqra dan juz’ama di sana sudah jelek. Karena uang hasil berjualan di entrepreneur day memang ada si saya, ya saya kasih. Tapi ternyata setelah uang hasil entrepreneur day itu habis pun Naya sering mengatakan ingin bersedekah. Saya nggak masalah, karena itu memang uangnya, dan niatnya baik. Saya pikir di situlah berkahnya slime Naya. Dia senang dengan apa yang dia lakukan. Waktu itu pernah dia posting di instagram soal sedekahnya. Di situ dia mulai menyuarakan ‘Sedekah bersama Nayara’. Dia menyisihkan uang hasil jual slime-nya untuk bersedekah dalam berbagai bentuk. Alhamdulillah, mungkin karena niat awalnya sedekah, sampai sekarang semuanya masih dilancarkan.”

Memang berapa penghasilan Naya dari @nayaslime18, dan berapa banyak yang disedekahkan?

Sekarang ini, penghasilan kotor Naya dari bisnis slime itu sekitar Rp60 juta. Setelah dipotong biaya operasional, keuntungan bersih sekitar Rp35-40 juta. Untuk sedekah Naya sisihkan 30-40%, sesuai keadaan. Karena Naya juga menabung, katanya ingin buat pesantren kalau uangnya sudah terkumpul banyak. Pernah juga dia bilang ke saya kalau uangnya sudah banyak mau beli mobil ambulans atau mobil jenazah, untuk keperluan masyarakat sekitar. Banyak sekali keinginan Naya.”

Di usianya yang masih sangat muda, sudah memiliki hati yang mulia. Meski dirinya berasal dari keluarga berkecukupan, ia tak pernah malu berjualan. Tujuannya sebagian besar adalah untuk bersedekah.

Jika kebanyakan online shop menjaga ‘resep’-nya sebagai rahasia dapur, Naya justru seringkali mengunggah tutorial membuat slime di instagramnya seakan tak punya kekhawatiran rahasianya dicontek orang. “Sedekah nggak harus uang, sedekah ada banyak, nggak harus ngasih uang”, ujarnya. Mungkin bagi Naya, membagikan tutorial membuat slime di instagramnya juga merupakan sedekah.

“Ternyata saya belajar banyak dari seorang anak kecil. Kepolosan dan ketulusannya membuahkan hasil seperti sekarang ini. Banyak manfaat yang saya lihat sejak Naya memulai wirausahanya. Dia jadi lebih kreatif, inovatif, bisa berpikir cerdas dan rasa percaya dirinya mulai tumbuh. Rasa empatinya juga terlihat. Saya dan ayahnya yakin, kesuksesan Naya sekarang ini karena niatnya berjualan untuk sedekah.”

Di luar sana, mungkin tidak semua orang yang mampu mengambil sikap seperti Naya ketika hidupnya di puncak kesuksesan dan bergelimang harta. Tapi anak perempuan berusia 8 tahun ini mengajarkan banyak hal, bahwa sesungguhnya kegigihan dan kesungguhan yang diiringi keikhlasan berbagi dengan sesama lah yang menuntun sebuah usaha pada kesuksesan.

“Sedekah itu bukan seperti 2-1=1, tapi 2-1=4. Sedekah itu melipatgandakan”, kata Naya saat ditanya soal sedekah.