Herniasi Diskus dan Saraf Terjepit, Yuk Kenali Gejalanya Sebelum Terlambat!

Fimela diperbarui 19 Sep 2017, 14:00 WIB

Ladies, tahukah kalau tulang belakang (spine) pada manusia tersusun dari 32 ruas tulang? Susunan ini kemudian terbagi menjadi 5 segmen utama meliputi susunan tulang cervical/leher, thorakal, lumbar/ tulang punggung bawah, sakral dan coccyx/tulang ekor. Ruas-ruas tulang belakang berjajar rapi, kecil di atas dan membesar dibawah hingga sakral.

Selain menyangga tubuh dan menopang berat kepala, tulang belakang berfungsi sebagai tempat melekatnya otot dan saraf-saraf penting. Di antara ruas tulang belakang, terselip jaringan lunak yang disebut diskus intervertebra/diskus spinal, fungsinya sebagai peredam kejut dan menjaga fleksibilitas tulang belakang untuk memudahkan semua gerakan tubuh. Inti diskus vertebra, teksturnya lebih lembut dibandingkan sisi bagian luar (anulus), yang berfungsi melindungi inti diskus yang berupa gel yang dalam istilah kedokteran disebut nucleus pulposus.

Diskus invertebra, saat masih anak-anak memiliki cairan yang cukup banyak dan fleksibel menopang ruas-ruas tulang belakang. Seiring dengan bertambahnya usia, bagian dari proses penuaan, cairan diskus mengalami penurunan. Dampaknya anulus menjadi lebih keras dan gampang pecah.

Dipicu aktivitas fisik berlebih atau trauma, diskus vertebra dapat mengalami kerusakan, berupa herniasi (tonjolan tak normal) sehingga disebut herniasi diskus vertebralis. Kondisi ini akan mengganggu saraf di sekitar tulang belakang, menimbulkan sensasi nyeri, baal atau kelemahan pada bagian lengan atau tungkai. Herniasi diskus vertebralis, yang menyebabkan penekanan pada saraf sekitar, ini yang kemudian dikenal masyarakat sebagai saraf terjepit (herniated nucleus pulposus/HNP).

“Herniasi diskus ruas tulang lumbar lebih sering terjadi, karena ruas tulang lumbarlah yang menopang berat tubuh dalam melakukan aktifitas sehari-hari,” ujar dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS, pakar nyeri Klinik Nyeri dan Tulang Belakang Onta Merah, Jakarta.

Meski demikian herniasi diskus juga dapat terjadi  pada susunan ruas tulang cervical, sakral dan thorakal, namun jumlahnya lebih sedikit. Herniasi diskus vertebralis sebenarnya terjadi pada 56% orang dewasa usia kerja (21-59 tahun), namun 35% diantaranya bersifat asymptomatic, sehingga tidak menimbulkan gejala. Sisanya 20% memiliki gejala dari ringan hingga berat.

“Yang datang ke klinik umumnya sudah berat, dan tidak bisa beraktivitas,” tambahnya.

Jika seseorang mengalami herniasi diskus lumbar, gejala pertama yang muncul adalah rasa tidak nyaman seperti nyeri di daerah bokong, paha, dan betis. Sementara jika herniasi diskus terjadi pada ruas tulang cervical, gejala yang muncul berupa nyeri pada daerah lengan dan bahu.

“Rasa sakit ini bisa muncul saat bersin, batuk atau ketika menggerakkan tubuh dari satu posisi ke posisi lainnya,” ujar dr. Mahdian. Kesemutan dan mati rasa (baal) pada area tertentu tubuh yang terjadi berulang kali juga bisa menjadi tanda awal herniasi diskus vertebralis. Dapat juga ditandai dengan melemahnya kekuatan otot.

Gejala lain  yang dapat muncul akibat herniasi diskus terutama daerah lumbar adalah sindroma cauda equina. Meski jarang terjadi sindroma cauda equina dapat menyebabkan kelumpuhan permanen pada kedua kaki, atau kesulitan buang air besar dan kecil, serta gangguan neurologi lainnya jika tidak segera dilakukan pengobatan.

Ladies, yuk kita lebih waspada dengan gejala-gejala tersebut. Semakin kita lebih waspada, maka tindakan pengobatan atau penanganannya bisa lebih mudah.

(vem/nda)
What's On Fimela