Fimela.com, Jakarta - Rasa kantuk yang menyerang meski sudah cukup tidur seringkali membingungkan, Sahabat Fimela. Kondisi ini, dalam dunia medis dikenal sebagai post-prandial somnolence atau 'food coma', bisa disebabkan oleh berbagai faktor.
Fenomena ini umum terjadi setelah makan, terutama makan siang, dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Rasa kantuk setelah makan siang ini kerap mengganggu produktivitas, terutama saat jam kerja masih panjang dan tuntutan fokus tinggi.
Memahami pemicunya sangat penting untuk menjaga energi sepanjang hari, apalagi jika kamu sering bertanya-tanya kenapa abis tidur tetap ngantuk. Mari kita telusuri makanan apa saja yang berpotensi menjadi penyebabnya.
Lonjakan Gula Darah: Musuh Utama Energi
Salah satu penyebab utama mengapa tubuh terasa lemas dan mengantuk adalah konsumsi makanan yang memicu lonjakan gula darah yang tajam, diikuti penurunan drastis. Makanan tinggi karbohidrat sederhana dan gula dapat memengaruhi tingkat kewaspadaan setelah makan.
Contohnya, nasi putih mengandung karbohidrat sederhana yang dicerna dengan cepat, menyebabkan lonjakan gula darah yang cepat. Roti manis dan kue-kue kering juga memberikan dorongan energi singkat, tetapi seringkali diikuti oleh penurunan mendadak yang membuat tubuh lelah dan tidak termotivasi.
Selain itu, makanan ultra-olahan yang tinggi garam, gula tambahan, dan lemak tidak sehat, serta rendah nutrisi, berkontribusi pada fluktuasi gula darah dan peradangan. Keduanya merupakan faktor yang memicu kelelahan dan membuatmu merasa 'terlalu malas untuk bergerak' setelah mengonsumsinya.
Tyramine dan Lemak: Mengganggu Keseimbangan Tubuh
Beberapa makanan fermentasi tinggi tyramine dapat mengganggu neurotransmitter seperti serotonin dan melatonin, yang mengatur siklus tidur dan bangun, sehingga menyebabkan rasa kantuk. Tyramine adalah metabolit yang dapat mengganggu neurotransmitter tersebut.
Tyramine banyak ditemukan dalam keju tua seperti Parmesan, Cheddar, dan Gouda, serta tahu, kimchi, dan salami. Daging olahan dan diawetkan, termasuk sosis, bacon, pepperoni, dan mortadella, juga merupakan sumber tyramine yang perlu diwaspadai. Selain itu, makanan acar dan buah kering juga dapat mengandung tyramine tinggi.
Makanan tinggi lemak, terutama lemak jenuh dan trans, dapat memperlambat pencernaan dan memengaruhi kualitas tidur. Makanan yang digoreng, tinggi lemak trans dan natrium, lebih sulit dicerna tubuh, menyebabkan kelesuan dan kantuk. Makanan cepat saji, yang cenderung tinggi lemak trans dan natrium, juga dapat menguras energi dan membuatmu lesu tak lama setelah makan.
Porsi Besar dan Pemicu Lainnya: Lebih dari Sekadar Makanan
Makan dalam porsi besar, terutama yang tinggi kalori dan lemak, membuat tubuh bekerja lebih keras untuk mencernanya. Proses ini memicu pelepasan sitokin, yang dapat membuatmu merasa lelah atau mengantuk. Makan juga memicu penurunan hormon yang menjaga kewaspadaan dan peningkatan hormon yang mempromosikan kantuk, termasuk melatonin dan serotonin.
Kafein, meskipun stimulan, jika dikonsumsi berlebihan atau terlalu dekat dengan waktu tidur, dapat mengganggu siklus tidur dan menyebabkan kelelahan di siang hari. Alkohol, meskipun awalnya menyebabkan kantuk, dapat mengurangi kualitas tidur secara keseluruhan dan membuat tubuh tidak segar saat bangun.
Penelitian baru juga mengidentifikasi sphingomyelin, yang ditemukan dalam telur, susu, dan daging, sebagai metabolit terkait kantuk berlebihan di siang hari. Sayuran cruciferous seperti brokoli dan legum tinggi serat dapat menyebabkan gas dan kembung pada beberapa orang, sehingga mengganggu tidur.
Tidak hanya makanan, kurangnya hidrasi atau dehidrasi juga dapat menyebabkan perasaan lesu dan lelah. Penting untuk diingat bahwa pola makan secara keseluruhan, kebiasaan tidur, hidrasi, stres, aktivitas fisik, dan obat-obatan juga berperan besar dalam tingkat kewaspadaan seseorang sepanjang hari.