Sukses

Health

Terkuak, Alasan Kenapa Abis Tidur Tetap Ngantuk, Wajib Tahu!

ringkasan

  • Inersia tidur adalah kondisi normal berupa disorientasi dan kantuk setelah bangun, terutama jika terbangun dari tidur nyenyak atau kurang tidur.
  • Kualitas dan kuantitas tidur yang buruk, dipengaruhi oleh lingkungan, gaya hidup, serta gangguan tidur seperti apnea, menjadi penyebab utama rasa kantuk berkelanjutan.
  • Kondisi medis seperti anemia, masalah tiroid, depresi, dan kecemasan juga dapat berkontribusi pada perasaan lelah setelah tidur, memerlukan perhatian khusus.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, pernahkah Anda merasa sudah tidur cukup, namun ketika terbangun, rasa kantuk masih saja menghantui? Kondisi ini tentu sangat menjengkelkan, apalagi jika harus segera beraktivitas. Alih-alih merasa segar dan berenergi, tubuh justru terasa lemas dan pikiran sulit fokus.

Fenomena kenapa abis tidur tetap ngantuk ini bukanlah hal aneh dan sering dialami banyak orang. Ada beragam faktor yang bisa menjadi penyebabnya, mulai dari kondisi fisiologis tubuh, kualitas tidur yang buruk, hingga gaya hidup dan masalah kesehatan yang mungkin tidak Anda sadari.

Untuk membantu Anda memahami lebih jauh, artikel ini akan mengupas tuntas berbagai alasan di balik rasa kantuk yang masih menghantui setelah tidur. Dengan mengetahui penyebabnya, Anda dapat mengambil langkah yang tepat untuk mendapatkan tidur yang lebih berkualitas dan bangun dengan lebih segar.

Inersia Tidur: Fenomena Bangun Tidur yang Membingungkan

Salah satu penyebab umum kenapa abis tidur tetap ngantuk adalah inersia tidur atau sleep inertia. Ini adalah kondisi fisiologis berupa gangguan kognitif dan kinerja sensorimotor yang terjadi segera setelah bangun tidur. Anda mungkin merasa pusing, disorientasi, kantuk, dan memiliki gangguan kognitif sesaat setelah terbangun.

Gejala umum inersia tidur meliputi disorientasi, kantuk, iritabilitas, kesulitan berkomunikasi, kurang perhatian, masalah dalam belajar dan mengingat, waktu reaksi yang buruk, penurunan keterampilan motorik, serta penalaran dan pengambilan keputusan yang buruk. Kondisi ini dapat memengaruhi keselamatan dan kesejahteraan, terutama bagi mereka yang bekerja dengan jam kerja panjang atau berganti-ganti.

Inersia tidur dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti terbangun dari tidur nyenyak (NREM tahap 3), kurang tidur, tingkat adenosin yang tinggi di otak, atau otak yang belum mengurangi gelombang delta dalam persiapan untuk bangun. Biasanya, inersia tidur akan pulih dalam waktu 15 hingga 60 menit, namun bisa lebih lama jika seseorang kurang tidur.

Kualitas dan Kuantitas Tidur yang Terabaikan

Selain inersia tidur, kualitas tidur memegang peran yang sama pentingnya dengan kuantitas tidur. Seseorang mungkin tidur cukup jam, tetapi masih merasa lelah jika kualitas tidurnya buruk.

Beberapa faktor yang dapat memengaruhi kualitas tidur meliputi gangguan tidur seperti sering terbangun atau mendengkur, lingkungan kamar tidur yang tidak nyaman (terlalu panas, terang, atau bising), serta kasur atau bantal yang tidak mendukung. Selain itu, stres dan kecemasan dapat mengganggu ritme sirkadian, sementara konsumsi alkohol dan kafein sebelum tidur dapat mencegah tidur nyenyak dan menyegarkan.

Durasi tidur yang tidak cukup juga menjadi penyebab umum kelelahan setelah tidur. Kebanyakan orang dewasa membutuhkan sekitar 7 hingga 9 jam tidur setiap malam. Tidak memenuhi durasi ini secara konsisten dapat membuat tubuh tetap merasa lelah dan mengantuk.

Gangguan Tidur dan Kondisi Medis yang Mendasari

Rasa kantuk berlebihan di siang hari, meskipun sudah tidur cukup, bisa menjadi indikasi adanya gangguan tidur. Beberapa di antaranya adalah Apnea Tidur (pernapasan berhenti berulang kali saat tidur), Insomnia (kesulitan tidur atau tetap tertidur), Narkolepsi (ketidakmampuan otak mengatur siklus tidur-bangun), Sindrom Kaki Gelisah (sensasi kuat untuk menggerakkan kaki), Hipersonia Idiopatik (kantuk berlebihan tanpa sebab jelas), dan Gangguan Tidur Kerja Shift (terjadi pada pekerja shift).

Selain gangguan tidur, beberapa kondisi medis yang mendasari juga dapat menyebabkan kelelahan kronis atau kantuk setelah tidur. Ini termasuk Anemia (kekurangan zat besi yang menyebabkan lemas dan lelah), Masalah Tiroid (hipotiroidisme memperlambat metabolisme), Sindrom Kelelahan Kronis/Ensefalomielitis Mialgik (ME/CFS) (kelelahan ekstrem yang tidak hilang dengan istirahat), serta penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, kanker, dan penyakit autoimun. Infeksi kronis atau peradangan, kondisi pernapasan seperti asma, dan kekurangan Vitamin D juga dapat berkontribusi.

Jika Anda mencurigai bahwa rasa kantuk yang terus-menerus disebabkan oleh gangguan tidur atau kondisi medis, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Diagnosis dan penanganan yang tepat dapat membantu meningkatkan kualitas tidur dan energi Anda.

Gaya Hidup dan Kesehatan Mental: Faktor Penentu Kebugaran Pasca-Tidur

Faktor gaya hidup sehari-hari memiliki dampak besar pada bagaimana Anda merasa setelah bangun tidur. Jadwal tidur yang tidak konsisten, seperti waktu tidur dan bangun yang berubah-ubah, dapat mengganggu ritme sirkadian tubuh. Penggunaan perangkat elektronik sebelum tidur, terutama karena paparan cahaya biru, dapat menghambat produksi hormon melatonin yang penting untuk tidur.

Kurangnya olahraga secara teratur dapat memengaruhi kualitas tidur, meskipun olahraga berat menjelang tidur juga sebaiknya dihindari. Pola makan yang tidak sehat, seperti mengonsumsi makanan berlemak, pedas, atau berat menjelang tidur, dapat menyebabkan masalah pencernaan dan mengganggu istirahat. Selain itu, jet lag akibat perjalanan lintas zona waktu juga bisa menjadi penyebab rasa kantuk berkelanjutan.

Kondisi kesehatan mental juga sangat memengaruhi kualitas tidur dan dapat menjelaskan kenapa abis tidur tetap ngantuk. Depresi seringkali dikaitkan dengan kantuk berlebihan di siang hari dan gangguan pola tidur. Kecemasan dapat menyulitkan seseorang untuk tertidur dan tetap tertidur nyenyak. Selain itu, kondisi seperti gangguan bipolar dan PTSD juga terkait erat dengan masalah tidur yang pada akhirnya menyebabkan kelelahan berlebihan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading