Sukses

Lifestyle

Jarang Bicara Bukan Berarti Benci, Bisa Jadi Saling Menyayangi dalam Diam

Fimela.com, Jakarta Setiap keluarga memiliki banyak kisah dan makna tersendiri. Baik kisah bahagia maupun kisah yang berurai air mata. Kisah tentang orangtua, saudara, atau kerabat dalam keluarga. Ada makna dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap kisah yang kita miliki dalam keluarga. Melalui Lomba My Family Story ini Sahabat Fimela bisa berbagai kisah tentang keluarga.

***

Oleh:  A

Keluarga adalah circle yang paling sering aku temui. Bukan apa-apa, aku memang anak rumahan yang jarang main keluar. Well, kadang aku main keluar, tapi sendirian. Hang out dengan teman pun aku termasuk yang jarang. Dan kalau bicara tentang keluarga, maka tidak akan lepas dari keunikannya, termasuk keunikan keluargaku. Hmm, apa iya bisa dibilang unik ya? Karena kalau dibandingkan dengan keluargamu atau keluarga orang lain kebanyakan, keluargaku mungkin cenderung aneh. 

Aku adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Puji Tuhan anggota keluargaku masih lengkap, berumur panjang. Sekarang di rumah hanya tinggal aku dengan kakak perempuanku, mama, dan papa. Kakakku yang pertama sudah menikah dan punya rumah sendiri bersama istri dan anak-anaknya, sementara kakakku yang kedua merantau dan memang punya rumah di luar kota sana. Di rumah tinggal berempat saja sebenarnya tidak jauh beda dengan di rumah berenam seperti dulu, walau ingatanku agak samar juga soal bagaimana rasanya. Yang pasti, aku tidak tahu mengapa aku tumbuh menjadi anak yang seperti ini. Apa karena keluargaku, atau gara-gara aku sendiri? 

Seperti ini yang kumaksud adalah, tentang aku yang jarang bicara banyak atau mengobrol panjang dengan semua anggota keluarga, baik itu mama, papa, atau kakakku. Aku bicara tiap ada perlunya saja, seperti minta antar keluar (aku tidak bisa bawa kendaraan sendiri), lalu ingin jajan, minta uang, izin mau pergi, dan lain-lain, itu pun ke papa. Kalau ke mama paling hanya mengingatkan untuk makan dan pamitan pergi.

Sementara ke kakak perempuanku, bisa rekor seminggu tidak pernah bicara sama sekali padanya. Kamarku juga ada di lantai dua (dulunya kamar kakak-kakakku yang laki-laki). Aku suka menghabiskan waktu di kamar dengan urusan-urusanku, dari mulai yang penting sampai yang tidak penting. Semua yang selalu kuperlukan ada di sana, bahkan kamar mandi juga, jadi semakin jarang aku turun ke lantai bawah. 

Karakter Keluargaku yang Berbeda dari Keluarga Lain

Lalu bagaimana dengan kakakku yang lain? Apakah aku sering mengobrol dengan mereka? Ya jarang juga, tapi tentu saja pernah, itu pun karena diajak mengobrol, dan pastinya aku lebih sering jadi pendengar. Jadi, selain aku anak rumahan, aku juga anak yang jarang sekali curhat, bahkan pada keluargaku sendiri. Dan aku tahu bahwa kalimat mengungkapkan sayang, kata maaf, terima kasih, lalu cerita-cerita tentang masa lalu keluarga, atau obrolan yang serius mengenai masa depan anak-anak dan semacamnya itu jarang diungkapkan, baik dari mulutku atau dari mulut anggota keluarga lain di rumah. Lantas aku jadi khawatir juga. Kira-kira di usiaku yang sudah nyaris seperempat abad ini, apa aku siap membentuk keluarga baru, bergabung dengan keluarga calonku alias menikah? Apa aku layak? Di keluargaku sendiri saja aku seperti ini. Tampaknya bukan keluargaku yang aneh, tapi justru aku yang aneh. 

Bagaimanapun, meskipun sekarang kamu menganggap aku aneh atau keluargaku aneh, aku harus tegaskan, bahwa kami tidak saling benci. Bisa saja kami ini entah bagaimana tumbuh menjadi orang-orang yang tidak banyak basa-basi, lalu cuek, apa adanya, dan mungkin tidak banyak omong tapi lebih ke tindakan. Aku sangat menyayangi keluargaku, mereka nomor satu dan paling utama di atas apa pun. Aku juga yakin keluargaku beranggapan sama mengenai aku dan arti keluarga. Kami mungkin tidak sekompak keluarga lain, tidak seasyik keluarga lain, dan tidak sehangat keluargamu, tapi di lubuk hati dan doa yang sampai ke langit, kami saling menyayangi.

Aku masih terus mengupayakan untuk setidaknya lebih banyak membantu urusan di rumah seperti beres-beres dan semacamnya, termasuk ada di lantai bawah bersama keluargaku. Mungkin aku tidak akan bicara banyak di sana, tapi aku akan dengan tenang menikmati dan mensyukuri kesehatan, kelengkapan, serta keberdayaan yang sudah Tuhan berikan pada keluargaku hingga detik ini. Semoga aku bisa terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dan layak bagi keluargaku sendiri, keluarga besarku, dan keluarga kecilku nanti. Aamiin.

#ChangeMaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading