Sukses

Parenting

Mengenal Authoritarian Parenting, Berdampak Baik atau Buruk?

Fimela.com, Jakarta Kesejahteraan seorang anak dipengaruhi oleh faktor pola asuh orangtua. Pada dasarnya, gaya parenting orangtua dibagi menjadi empat jenis, yaitu authoritative, authoritarian, permissive, dan neglectful. Kali ini, Fimela ingin membahas lebih dalam mengenai authoritarian parenting

Gaya parenting authoritarian atau dikenal dengan otoriter adalah salah satu dari empat jenis pola asuh yang sangat ketat. Setiap orangtua pasti ingin memiliki anak yang sukses dan bertanggung jawab. Orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter cenderung memiliki sifat tegas dan selalu mendorong anaknya untuk mencapai standar yang telah ditentukan. Bisa dikatakan mereka mengharapkan anak-anak untuk selalu mengikuti aturan tanpa adanya bantahan. 

Tentu, masing-masing gaya parenting memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun, banyak yang membuktikkan efek negatif yang di dapat anak dari gaya parenting authoritarian. Menurut WebMD, ada beberapa karakteristik orangtua otoriter, simak sebagai berikut.

Tidak memberikan pengasuhan yang baik

Orangtua dengan pola asuh otoriter sangat menekankan kepatuhan, kedisiplinan, dan memegang kendali sang anak. Mereka menaruh harapan sangat tinggi terhadap anak-anaknya tanpa memerhatikan kondisi anaknya tersebut. Bahkan jika anak melakukan satu kesalahan, mereka akan dihukum baik dengan omelan maupun kekerasan. Alih-alih meneriaki mereka, sebaiknya berikan dorongan dan pujian kepada anak yang dibutuhkan untuk mengembangkan harga diri mereka.

Memiliki tingkat kesabaran yang tipis

Berkaitan dengan karakteristik sebelumnya, orangtua dengan gaya parenting otoriter cenderung memperlihatkan ekspresi dingin, galak, dan tidak mudah untuk memberikan kehangatan. Hal ini yang menunjukkan rasa ketidaksabaran mereka akan perilaku buruk. Ketika anak tidak melakukan suatu perintah atau melakukan sedikit kesalahan, mereka tidak akan mentolelir perbuatan anak tersebut. Mereka tidak memiliki kesabaran yang tinggi untuk menjelaskan mengapa anak harus menghindari perilaku tertentu.

Tidak mau negosiasi

Gaya parenting otoriter biasanya telah memilih tujuan dan keputusan sendiri tanpa mengikutsertakan pendapat anak. Para orangtua otoriter tidak memiliki ruang untuk negosiasi atau berdiskusi dalam mengambil keputusan. Mereka langsung memberikan anak harapan tinggi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Mau tidak mau anak tersebut harus menurutinya tanpa bantahan. 

Tidak mempercayai pilihan anak

Gaya parenting otoriter tidak memberikan anak kesempatan untuk memilih apa yang mereka inginkan. Para orangtua tidak mempercayai bahwa anak akan membuat pilihan yang baik. Alhasil sang anak tidak memiliki ruang kebebasan untuk melakukan hal yang mereka sukai dan cenderung menutup dirinya sendiri. Hal ini akan berdampak buruk bagi anak di kemudian hari. Daripada membiarkan anak-anak membuat keputusan sendiri dan menghadapi risiko konsekuensi atas pilihan tersebut, orangtua yang otoriter biasanya mengawasi anak-anak mereka untuk memastikan bahwa mereka tidak membuat kesalahan.

Efek yang diberikan pada anak

Mungkin untuk beberapa orang yang menerapkan gaya parenting otoriter tidak memiliki masalah tertentu. Namun pola asuh otoriter ini bukanlah langkah yang tepat untuk mendidik anak. Terlihat dari berbagai karakteristik orangtua otoriter yang cenderung tidak memberikan anak kesempatan untuk berkembang sesuai dengan kemauannya. Selain itu juga mereka tidak memberikan kasih sayang yang cukup pada anak. Bukannya anak akan tumbuh sukses, justru ini akan meningkatkan risiko kegagalan. Beberapa dampak yang diperoleh anak berkat pola asuh otoriter, antara lain:

  • Anak-anak menjadi agresif dan cenderung menutup dirinya.
  • Anak tidak memiliki pendirian yang pasti, mereka tidak mempunyai sifat mandiri.
  • Meningkatkan rasa malu anak, mereka tidak mudah untuk mengambil keputusan sendiri.
  • Membangun sifat pemberontak terhadap figur otoritas ketika mereka lebih tua.
  • Anak-anak mengalami kesulitan mengelola kemarahan dan rasa kesal.

Nah, itu merupakan beberapa contoh kasus dari pola asuh otoriter. Terlepas dari itu semua, tiap-tiap orangtua memiliki gaya parenting yang berbeda dengan preferensi masing-masing. Perlu diingat untuk selalu memberikan anak kasih sayang dan dukungan moral demi perkembangan anak.

 

*Penulis: Balqis Dhia.

 

#Breaking Boundaries

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading