[Vemale's Review] Novel Wander Woman - Nina, Irene, Fina, Silvia

Fimela diperbarui 15 Nov 2016, 10:30 WIB

Judul:Wander Woman
Penulis: Nina Addison, Irene Dyah, Fina Thorpe-Willet dan Silvia Iskandar
Desain sampul: Orkha Creative
Ilustrasi Isi: Ella Elviana
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

“Tolkien mengatakan,“Not all those who wander are lost.” Tidak semua orang yang berkelana kehilangan arah. Tanyakan saja pada Arumi, Cilla, Sabai, dan Sofia—empat sahabat yang terpencar di berbagai negara. Dalam cerita mereka yang terinspirasi dari kisah nyata ini, “tersesat” punya makna berbeda. For them, home is never a place, but people—and sometimes even suitcases.

Bagaimana rasanya tinggal di luar negeri? Bertahan hidup dengan semua perbedaan dan tantangannya? Pastinya tak mudah menjalani itu semua. Tapi juga ada banyak pengalaman baru dan berkesan, termasuk bisa menjelajah berbagai tempat seru dan bertemu orang-orang baru.

Berkisah tentang empat sahabat wanita, novel Wander Womanmengajak kita untuk mengikuti kisah Arumi, Cilla, Sabai, dan Sofia. Masing-masing berusaha untuk bertahan hidup di luar negeri dan menyebut diri mereka Wander Woman (wanita yang suka berkelana atau nomaden). Bagaimana kisah mereka?

Pricilla (Cilla), setelah menikah dengan seorang pria Eropa, William dan dikaruniai dua anak, Alex dan Emiliy, ia tinggal di Skotlandia. Ada pengalaman tak terlupakan ketika ia diundang oleh tetangganya, pasangan Nicole-Jake untuk acara wedding vow renewal. Pesta tersebut menjadi sebuah tragedi karena cuaca yang saat itu sedang tak bersahabat. Ia pun harus menghadapi kondisi sosial di sana. Salah satunya, ia begitu kaget dengan kebiasaan wanita yang berselingkuh karena sebuah alasan yang menurutnya kurang masuk akal. Kisah Cilla kemudian berlanjut saat ia tinggal di Aberdeen. Banyak lagi masalah yang muncul di sini, mulai dari perjuangannya mendapat SIM hingga rumahnya yang kemalingan.

Sedangkan Sabai, ia merupakan wanita Padang yang punya rasa ingin tahu yang tinggi. Sungguh seru mengikuti pengalaman dan petualangannya di Inggris dan Korea. Pernikahannya dengan Mark dikaruniai tiga anak (Lexie, Emma, dan Ariana). Mengikuti kisah Sabai, kita akan diajak jalan-jalan naik bus merah bertingkat di Inggris. Ketika pindah ke Korea pun, Sabai menemukan suatu kebiasaan cowok Korea yang sudah dianggap lumrah. Apa itu? Tak lain adalah soal berdandan. Rasanya dibikin bengong juga jadinya mengetahui soal kebiasaan para cowok Korea ini.

Kisah Sofia dan Arumi juga tak kalah serunya. Sofia menikah dengan Ronald dan sudah memiliki dua putri (Celly dan Juju). Dari perjalanan Sofia, saya jadi tahu kalau ternyata bekerja sebagai relawan (volunteer)di Australia adalah hal yang sudah biasa. Pekerjaan relawan tersebut dilakukan untuk bisa mendapatkan pengalaman kerja juga surat rekomendasi yang pastinya akan sangat bermanfaat untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik. Salah satu episode kehidupan Sofia ada yang begitu mengharukan. Yaitu tentang perjuangan melahirkan anak keduanya. Mengikuti kisahnya yang satu ini bisa sukses membuat air mata berkaca-kaca.

Si minder Arumi berusaha untuk bertahan dan berjuang hidup di Jepang. Bersama Yuza dan buah hatinya, Raya dan Tahlia, Arumi berjuang untuk bisa menyesuaikan diri di Jepang. Kisahnya tak hanya seputar pengalamannya hidup di Jepang tapi juga di Thailand. Ada yang menarik dari pengalamannya tinggal di Thailand. Kalau di Indonesia, setiap kali mendengar kata demo yang ada di pikiran kita adalah aksi ramai-ramai yang kadangkala bisa berujung ricuh. Tapi di Thailand, aksi demonya malah kayak piknik. Wah, kebayang nggak tuh?

Selain cerita empat wanita tersebut, novel ini juga menghadirkan sejumlah "fun facts". Ada referensi dan informasi-informasi menarik dari setiap kejadian yang dialami oleh masing-masing wanita tersebut. Jadi benar-benar bisa menambah pengetahuan sekali. Oh ya, novel ini juga dilengkapi dengan sejumlah ilustrasi cantik. Jadi makin nyaman dan nggak gampang bosan waktu membacanya.

Hidup di negara lain jelas ada suka dukanya sendiri. Menyenangkan sekali mengikuti kisah keempat wanita ini di setiap negara yang mereka tinggali. Membaca novel ini seakan diajak keliling ke berbagai negara. Novel ini pastinya sangat cocok untuk dijadikan referensi para wanita Indonesia yang menikah dengan pria asing dan akan tinggal di luar negeri. Setidaknya jadi punya gambaran soal bagaimana perjuangan bertahan hidup di negeri orang dengan semua warna-warninya. Buat para mama muda, yang mau menikah, ataupun yang masih jomblo, ada banyak pelajaran menarik yang bisa ditemukan di Wander Womanini.

Penasaran sama novelnya? Buruan pergi ke toko buku terdekat. Atau mungkin mau pinjam langsung dari Vemale? Hehe.

(vem/nda)