Review Buku How to Love: Karena Cinta Perlu Belajar

Endah Wijayanti diperbarui 29 Apr 2022, 11:50 WIB

Fimela.com, Jakarta Kata "cinta" bisa menghadirkan berbagai macam makna dan pengalaman. Serta bisa menghadirkan berbagai macam kisah yang selamanya akan menjadi bagian dari kehidupan kita. Ada tawa dan bahagia, tetapi juga bisa menghadirkan duka dan air mata.

Dari cinta, kita belajar banyak hal. Bahkan, kita perlu belajar banyak soal cinta dalam hidup ini. Cinta bisa tampak begitu sederhana, tetapi bisa menghadirkan berbagai hal baru dan rumit. Untuk itu, dalam hidup ini kita perlu senantiasa membuka diri untuk belajar soal cinta.

 

 

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

How To Love: Karena Cinta Perlu Belajar

Buku How to Love./Copyright Endah

Judul: How To Love: Karena Cinta Perlu Belajar

Penulis: Honggyun Yun

Alih bahasa: Asti Ningsih

Penyunting: Rani Andriani Koswara

Penyelaras akhir: Intan Faradilah

Penata letak: Tyas

Penyelaras tata letak dan pendesain sampul: Arief Hidayat

Diterbitkan pertama kali oleh: Transmedia Pustaka

Tak seperti matematika yang memiliki banyak rumus sehingga selalu mendapat jawaban, sering kali cinta begitu rumit untuk dipertanyakan dan dijawab. Namun, bukan berarti cinta tak dapat dipahami. Cinta adalah urusan mengontrol emosi dan perasaan. Tentu saja kita perlu belajar, perlu pandai dalam mengelola emosi dan keterampilan untuk menyampaikan isi hati.

Jika dalam buku bestseller HOW TO RESPECT MYSELF, Yoon Hong Gyun mengajak kita mencintai diri sendiri, HOW TO LOVE memaparkan cara mencintai orang lain dengan benar—cinta yang tak sekadar antarkekasih. Melalui HOW TO LOVE kita dapat menelaah cinta agar dapat:

mencintai dan belajar dicintai;

menghadapi berbagai risiko cinta tanpa kasih sayang;

menangani putus cinta atau ghosting yang menyakitkan;

melakukan penolakan atau pelepasan cinta tanpa harus merasa disakiti atau menyakiti; serta

kembali menemukan cinta yang bisa membebaskan.

Satu hal yang pasti adalah cinta bukanlah sesuatu yang dapat kita lepaskan dengan mudah hanya karena ingin menyerah. Mari jelajahi cinta dengan santai.

***

"Seperti kita ketahui, hidup selaras dengan orang lain sama sekali bukan pekerjaan yang mudah. Hal tersulit yang saya rasakan dalam mengelola klinik kecil saya adalah hubungan antarmanusia." (hlm. 15)

"Hidup sendirian saja tidak mudah, apalagi dua insan yang bertemu dan beradaptasi dengan dunia sebagai sebuah tim. Itu seperti sebuah keajaiban. Ibarat menari, ini seperti harus menari sesuai irama dan ritme dengan kondisi pasangan, musik, dan jenis tarian yang terus berubah." (hlm. 20)

"Menurut saya, tren cinta hari ini adalah 'berempati'. Orang-orang zaman kini lebih rentan terhadap kesedihan, kemarahan, dan perasaan hampa daripada kelaparan karena mereka sudah tidak kekurangan pangan." (hlm. 32)

"Agar bisa mencintai diri sendiri, Anda bisa memulainya dengan latihan mengakrabkan diri dengannya. Dengan begitu, harga diri akan terungkit dan Anda tidak akan mudah dibebani oleh stres." (hlm. 141)

"Terlepas dari apa pun penyebabnya, putus cinta memang melelahkan. Bahkan ada yang mengalami depresi berat selama tiga hari sampai dua minggu meski belum lama berpacaran. Diikuti oleh penyesalan, menyalahkan diri sendiri, dan kebencian. Kalaupun sudah merasakan akan putus, masalahnya akan sama sekali berbeda ketika itu benar-benar terjadi di depan mata. Pikiran menjadi bercabang, tidak enak, dan terkadang marah." (hlm. 185)

"Komunikasi merupakan sebuah keterampilan. Ada kata-kata yang tidak boleh diucapkan, ada yang bagus bila disampaikan, dan cara berkomunikasi yang berbeda-beda tergantung pada situasinya. Namun yang utama, inti dari komunikasi adalah dialog yang mengandung pertukaran emosi dan rasa simpati." (hlm. 297)

How to Love, buku karya Honggyun Yun ini memuat banyak hal soal cinta. Bukan cuma perkara cara mencintai, melainkan juga sejumlah aspek lain terkait pengalaman mencintai dan dicintai seperti soal menghadapi penolakan, perpisahan, dan upaya melanjutkan hidup dengan lebih baik dari tiap pengalaman cinta yang ada.

Di buku ini, kita juga akan diajak untuk mengenali tipe diri kita sendiri dalam hal mencintai. Serta, memahami lebih jauh soal tipe kelekatan soal cinta. Bagi yang baru putus cinta atau butuh cara agar bisa melanjutkan hidup (moving on) dengan cara yang lebih terarah, ada sejumlah tips dan uraian singkat di buku yang bisa dijadikan panduan.

Menariknya lagi, buku ini juga membahas soal sejumlah tren terkait hubungan romansa. Seperti banyaknya anak muda zaman sekarang yang takut kesepian tapi enggan menikah. Begitu banyak kekhawatiran serta tantangan yang dihadapi generasi saat ini ketika ingin membangun hubungan.

Pada awal buku ini, kita akan mendapat sejumlah uraian tentang bagaimana cinta bisa menjadi terasa sulit dan menyakitkan. Biasanya hal yang muncul di benak kita terkait cinta adalah hal-hal yang indah. Namun, pada kenyataannya ada banyak hal yang perlu kita pelajari dan pahami dengan kelapangan dada soal aspek lain cinta yang bisa membuat kita merasa kesulitan menaklukkan tiap tantangannya.

Dalam Bab Lima Hal yang Membentuk Kekuatan Cinta, ada pembahasan terkait mengakrabkan diri, menolak, komunikasi, meminta maaf, dan ketekunan yang menjadi aspek penting dalam sebuah hubungan cinta atau romansa. Membaca uraian di bab ini kita bisa mendapat gambaran soal pentingnya membangun hubungan yang dilandasi lima fondasi dasar tersebut.

Topik tentang kelekatan, kurang kasih sayang, perpisahan, dan hal-hal realistis tentang cinta menjadi sejumlah topik utama yang dibahas di buku ini. Cinta mungkin terasa rumit dan menakutkan, tetapi juga menghadirkan berbagai macam keindahan serta proses pembelajaran dan pendewasaan dalam hidup.

Buku How to Love bisa menjadi referensi buku yang menarik untuk memperluas wawasan soal cinta dan hubungan antar manusia. Bahkan melalui buku ini, kita pun bisa makin mengenali diri kita sendiri terkait kebutuhan dan hubungan kita soal cinta.

#WomenforWomen